Pages

Standupwrongway Fanfict JKT48 : Scholarship Love 2 (Part 6)

Friday 25 July 2014
Gue terbangun dari tidur dalam keadaan lemah. Badan gue pun terasa panas dan kepala pun pusingnya makin menjadi-jadi. Kayanya gue demam. Akhirnya gue nelepon Bene. Bene pun segera ke kamar gue.

Bene mengetok pintu, gue dengan langkah berat membuka pintu.

"Anjir cuy, pucet amat muka lu. Bentar lu mending tiduran dulu." Kata Bene setelah melihat muka gue. Bene langsung memapah gue ke kasur dan ngacir lagi ke kamarnya. Gue gak tau dia ngapain. Tiba-tiba Bene datang sambil membawa Thermometer yang langsung disumpelin ke ketek gue.



"Bentar, gue cek panas badan lu. Valdy lagi mandi. Nanti dia dulu yang jagain lu.. Gue ngeberesin kamar dulu." Kata Bene. Setelah lama menunggu akhirnya Thermometer pun berbunyi.

"Anjing! Gak lucu sumpah. 40 derajat celcius. Makan apaan lu emangnya bisa gini ?" Kata Bene khawatir. Disaat situasi seperti ini, gue gak tau harus ngapain.

"Gak tau ben, udah lu jangan buat gue pusing dulu." Kata gue yang memang tidak mau banyak bicara sekarang.

"Eh Daf, kenapa lu ?" Tanya Valdy yang baru masuk. Ternyata pintu kamar gue gak di tutup sama Bene.

"Nih badannya panas, 40 derajat pula." Kata Bene.

"Bahaya daf, coba gue liat lidah lu." Kata Valdy. Gue ngejulurin lidah kaya menghina. Wleee.

"Putih ditengah, sampingnya merah. Wah daf lu kayanya Tipes." Kata Valdy setelah melihat lidah gue yang unyu.

"Masa sih gue tipes ?" Tanya gue keheranan.

"Liat ajah sendiri, lidah lu putih, badan lu panas banget, pasti lu ada sakit perut sama mual kan ?" Tanya Valdy layaknya seorang dokter.

"Iya." Kata gue lemas.

"Udah nanti sore ke dokter. Apa perlu gue kasih tau Yuvi ?" Tanya Valdy. Bene pun sudah keluar dari kamar gue.

"Gak usah, gue gak mau buat dia khawatir." Kata Gue.

"Oh Yaudah." Valdy pun duduk dan membaca majalah. Gue pun memutuskan tidur lagi.

=====

Setelah bangun. Gue melihat Valdy sedang di dapur.

"Eh lu udah bangun, gue lagi masak bubur buat lu." Kata Valdy.

"Makasih, maaf kalau gue ngerepotin lu." Kata gue sambil mencoba duduk.

"Nih Daf makan. Gue mau ganti baju dulu buat nganterin lu ke dokter." Kata Valdy.

"Okeee. Makasih dy."

"Yoo sama-sama."

Gue pun langsung menyuap bubur itu dan ternyata rasanya enak. Setelah makan gue langsung nelepon Nyokap buat ngasih tau gue lagi sakit.

"Halo..." Suara Nyokap yang lembut membuat gue merasa tenang.

"Halo ma, ini aku Daffa."

"Loh kok tumben nelepon daf ?"

"Aku lagi sakit ma. Kata Valdy aku sakit tipes."

"Hah! kamu sakit tipes ? Bohong mungkin si Valdy tuh."

"Gak tau ma, tapi aku sekarang mau ke dokter bentar lagi."

"Yaudah, semoga kamu gak kenapa-napa. Besok mama kesana ya."

"Iyaa. Nanti temen aku jemput mama deh."

Setelah nelepon Nyokap, gue jadi mereasa lega. Ketokan pintu pun bunyi lagi, gue buka dan ternyata Valdy dan Bene udah rapi. Sementara gue masih kucel.

"Daf cepet lu cuci muka, ke dokter sekarang." Kata Valdy.

"Okee." Gue pun langsung ke kamar mandi.

Setelah mencuci muka make detergen, kita bertiga langsung berangkat. Bene ngejagain gue biar bener jalannnya. Kepala gue masih pusing berat dan badan lemes. Kita bertiga pun naik mobil tetangga sebelah yang dipinjam Bene. Valdy pun memacu mobil tersebut dengan cepat.

"Aneh sumpah lu, Orang di musim gugur jarang yang sakit. Lah lu malah sakit." Kata Bene. Bener kata Bene, di musim Gugur jarang orang yang sakit karena cuaca stabil. Gak panas dan gak juga dingin.

Sesampainya di Rumah sakit. Valdy langsung mendaftarkan gue, lalu menunggu dipanggil, sepatu gue diganti sama slipper yang sudah disterilkan oleh mesin otomatis. Di ruang tunggu ini ada banyak buku, mungkin ini untuk mengatasi rasa bosan. Kepala gue rasanya makin pusing dan badan makin lemes. susah buat jalan.

Setelah masuk ke ruangan ditemani Valdy. Gue diperiksa seperti biasa. Setelah diperiksa gue masih tiduran soalnya lemes banget. Dokter ngobrol sama Valdy.

"Gejala Tipes. Untung cepat dibawa kesini." Kata Dokter itu dalam bahasa jepang yang sangat fasih. Lalu dokter tersebut menjelaskan ke Valdy, gue gak bisa dengar dengan baik karena ngomognya yang cepet.

"Iya, saya juga udah tau ini gejala Tipes. Dilihat dari lidahnya. Suhu tubuhnya juga 40 derajat celcius." Jelas Valdy.

"Yaudah saya kasih obat ajah." Dokter menulis resep. Gue pun terbangun dan duduk disebelah Valdy

"Kalau makin parah, bawa kesini. Di rawat saja. Jadi istirahat yang banyak tapi jangan kebanyakan diam, harus banyak gerak. Kalau diam terus nanti tambah sakit dan makanannya diperhatikan ya." Kata Dokter tersebut sambil memberikan resep.

Valdy dan Gue pun keluar. Gue masih pusing, jadi Valdy memapah gue biar gak "oleng" jalannya. Setelah itu kita bertiga langsung pulang.

Di Kamar, gue langsung tiduran sementara Valdy langsung melihat-lihat obatnya. Bene juga udah ngebalikin kunci mobilnya ke pemiliknya.

"Daf, obat lu diminum setelah makan semua. 3x1!" Kata Valdy sambil melihat-lihat obatnya. "Makan tuh buburnya. gue udah buat banyak."

"Iya cuy. Gue juga suka masakan si Valdy. Hahaha." Kata Bene.

"Gue bakal tidur disini deh daf. Ben lu mau gak ?" Kata Valdy.

"Iyee, yaudah gue ambil bantal guling dulu." Bene pun langsung keluar. Gue gak bisa banyak ngomong sekarang soalnya badan gue lemes total, pusingnya juga makin nambah. Aaaahhhh tersiksa gue.

Setelah mereka mengambil bantal, guling, selimut. Mereka langsung merombak total posisi kamar gue. Mereka berdua mindahin Sofanya di pojok kamar dan mereka memindahkan mejanya juga disebelah sofa jadi ruangan tengah terlihat sangat luas. Saat mereka memindahkan, gue lagi makan bubur. Jadi terasa gue melihat Valdy dan Bene memindahkan kasur seperti menonton sabung ayam sambil makan bubur ayam.

"Ah gini kek dari daritadi." Kata Bene. Gue pun setelah makan langsung minum obat.

"Daf lu ada film gak ?" Tanya Valdy. Gue hanya menunjuk letaknya, gak bisa ngomong panjang lebar.

"Filmnya bagus-bagus. Yaudah gue pilih yang ini." Kata Bene, lalu Bene menghidupkan DVDnya. Gue gak tau persis apa yang dia tonton. Mungkin film Miyabi, tapi gak mungkin juga soalnya gue gak punya film Miyabi. Akhirnya gue memutuskan buat SMSan ajah sama Yuvi.

"Yuv, maaf nih gak bisa nelepon, aku lagi dirumah temen. Kan gaenak kalau nelepon kamu disuasana rame gini apalagi temen aku jomblo semua." Kata gue mencoba mencari alasan. Gue gak mau ngasih tau Yuvi kalau gue sakit. Gue gak suka buat orang panik, apalagi pacar.

"Emangnya kamu gak jomblo ? Haahahaa. Iya deh gak apa-apa." Balas Yuvi.

"Engga dong kan ada kamu sayang." Balas gue. Gue sms Yuvi terus dengan nada candaan.

Gue pun udah setengah jam SMSan sama Yuvi. Valdy dan Bene pun masih menonton Filmnya. Akhirnya gue tertidur. Tertidur kembali dalam keadaan yang sangat sangat tidak enak.

Gue pun terbangun tepat jam menunjukan angka 12, malam pula. Gue merasa pusing banget dan gue lemes banget. Padahal gue udah minum obat. Perut gue juga sakit. Gue pun membangunkan Valdy dan Bene sekuat tenaga.

"Dy..... Ben..." Kata gue. Mereka tetep ngorok. Gue pun menghampiri mereka dan menggoyangkan tubuhnya. "Wooyyyy, tolong lah gue sakit nih!" Seru gue.

"Gue sakit hati......." Bene mengigau. Sempet-sempetnya dia mengigau..

"Wooooyyyyy!!!!!" Gue memaksakan teriak! mereka berdua pun bangun.

"Hah cuy kenapa lu ?" Tanya Bene terkejut dengan auman singa gue.

"Aduh tolonglah, gue makin pusing nih. Perut gue juga sakit.." Kata gue.

"Wah gimana nih, udah jam 12. Dokternya pasti udah tidur." Kata Valdy. Gue teringat kata dokter jika makin parah di rawat saja. Gue gak punya uang, sementara Nyokap gue mau datang sekarang.

"Ke IGD ajah dy. Gak apa-apa." Kata Bene.

"Oh iya. Ayo lah!" Kata Valdy. Bene langsung ngacir menemui tetangganya itu buat meminjam mobil lagi.

Gue langsung mencuci muka, sementara Valdy ganti baju. Bene pun sudah siap. Kita bertiga pun langsung kebawah. Gue di papah Bene biar gak jatuh. Gue masih dan bahkan tambah lemes.

Sesampainya di Rumah sakit. Kita bertiga langsung ke IGD dan gue pun disuruh tiduran lalu di cek tekanan darah, dada gue di grepe, dan sebagainya sama Dokter Jaga. Setelah diperiksa, gue didatangi dokter yang tadi sore, ternyata dia ditelepon buat datang kesini. Memang deh hebat diluar jam kerja masih sempat-sempatnya kesini apalagi udah jam 12 malam. Gue pun diharuskan dirawat disini.

Sesampainya di ruang rawat inap gue langsung ganti baju pasien dan di Infus. Gue memang orangnya jarang sekali sakit, sehingga jika bertemu jarum suntik gue merasa takut. Tapi gue coba tahan. Disini bersih banget, ada TV, Kulkas, Telepon, dan 2 sofa.

"Eh Daf, tadi kata dokternya mungkin sakit Tipes lu ini dari makanan. Emang waktu di Bandung lu makan apaan ?" Tanya Valdy. Gue mencoba mengingat-ingat apa yang gue makan di Bandung.

"Oh iya, gue abis pulang beli oleh-oleh sempet beli baso tahu. Enak." Kata gue lemas. Disaat seperti ini, gue masih bisa bercanda.

"Enak gigi lu daf, mungkin itu yang buat lu sakit." Kata Valdy sewot.

"Eh nyokap gue mau datang ke sini nih, lu mau gak jemput Nyokap gue ?" Kata gue.

"Boleh, gue ajah yang jemput daf lagian Nyokap lu tau gue kan.." Kata Valdy.

"Yaudah nih SMS dulu nyokap gue, bilang kalau lu yang jemput. Gue lemes." Kata gue sambil mengasih HP gue ke Valdy.

"Sip."

"Eh dy, gue kebawah dulu ya beli makanan. Laper nih." Kata Bene. Bene pun saat malam gelap gulita begini masih saja kelaparan.

"Oke, beli yang banyak." Kata Valdy. Bene pun ngacir kebawah. Kunci kamar gue sendiri ada di si Valdy jadi aman-aman ajah.

"Daf, gue kasih tau anak-anak ya lo dirawat." Kata Valdy sambil menaruh HP gue di meja.

"Yaudah kasih tau, tapi jangan sampai Yuvi tau. Gue gak mau buat dia khawatir." Kata gue.

"Iye.. iyee." Kata Valdy sambil memainkan HP nya. Nyokap gue ngebales SMSnya, Nyokap bilang nyampe kira-kira jam 12 siang. Gue memilih tidur karena kepala masih pusing.

=======

"Daf.. daf.. bangun." Suara samar-samar itu membangunkan gue, ternyata itu suara Valdy. "Makan dulu nih, gue mau balik ke Rusun dulu. Mau beres-beres. Lu sama Bene ya disini. Nanti gue jemput Nyokap lu"

Gue hanya mengangguk. Badan gue masih lemes tapi pusingnya agak berkurang. Gue pun memakan makanan yang dibawakan suster tadi. Bene langsung menghidupkan TV, nonton dorama. Gue gak bisa nonton TV, Kalau nonton TV bawaannya kepala gue pusing.

Setelah makan gue langsung ke kamar mandi, buat cuci muka sama kencing. Pastinya lah dibantu Bene, tapi Bene gak mungkin megangin titit gue pas kencing. Abis cuci muka gue langsung minum obat.

Gue pun membaca majalah yang ada disitu. Gue gak pusing kalau baca buku, soalnya gue emang suka baca buku.

"Cuy, nyokap lu kesini nanti ?" Tanya Bene memecah keheningan.

"Iya." Jawab gue.

"Wah cuy, gue harus rapi nih. Biar kesan pertamanya baik." Kata Bene.

"Gak perlu." Kata gue. Gue sengaja bilang begitu biar Nyokap tau ada temen gue yang lebih jelek dari gue.

Akhirnya jam menunjukan pukul 11 dan gue pun udah selesai baca buku. Bene lagi asyik-asyiknya baca manga, gue gak tau dia dapat Manganya darimana. Mungkin dia nyuri. Tiba-tiba Valdy datang, datang membawa orang-orang yang gue kenal. Ternyata itu Shania dan Ayana.

"Eh Daf, kamu kok bisa sakit gini sih." Kata Shania sambil mengambil kursi lalu duduk di dekat kasur gue.

"Ah Daf, kata Valdy kamu tipes. Kayaknya  ini dari makanan yang kamu makan dan banyak kumannya. Ih ngeri." Kata Ayana.

"Bisa jadi gara-gara makanan." Kata gue. Gile, gue langsung di jenguk sama 2 cewe ajah nih. Hahaha.

"Eh, Ay. Aku mau jemput mamanya Daffa. Mau ikut gak ?" Kata Valdy ke Ayana.

"Yaudah deh, aku mau liat muka mamanya Daffa, kali ajah gak hancur kaya anaknya." Kata Ayana. Semua pun tertawa, yang paling keras tentulah ketawanya Bene.

"Eh awas lu semua kalau gue udah sembuh." Ancam gue.

"Ih engga-engga aku cuma bercanda kok." Kata Ayana sambil tersenyum.

"Yaudah ah, ayo cepet." Kata Valdy ke Ayana.

"Okee daf, aku mau ikut Valdy ngejemput mama kamu!" Kata Ayana seraya tersenyum kembali. Sekarang tinggal Gue, Shania, dan Bene saja yang tersisa.

"Eh Daf, gue mau makan dulu ya. Eh Shania jagain Daffa dulu ya. Aku laper soalnya." Kata Bene sambil memasang tampang melas.

"Iya siap." Kata Shania. Bene lalu segera mengambil dompetnya lalu ngacir keluar. Mengapa Bene gak daritadi keluar dari ruang ini, gue pun sekarang tinggal berdua dengn Shania.

"Eh Daf, kamu kenapa bisa sakit." Tanya Shania.

"Ya gak tau deh. Tiba-tiba bisa kaya gini." Jawab gue.

Shania langsung menempelkan tangannya ke jidat gue. "Ih panas banget, pusing gak daf ?"

"Tadi sih pusing, ada kamu jadi hilang. Hehehe."

"Ih gomballll." Kata Shania. "Yuvi udah tau kan kamu sakit ?"

"Belum, aku gak ngasih tau dia. Aku gak mau dia khawatir." Jawab gue.

"Kok gitu, nanti berantem lagi loh. Aku ajah ya yang ngasih tau." Kata Shania.

"Eh jangan-jangan, mending nanti aku ajah yang ngasih tau dia." Seru gue.

"Okee, awas loh kalau gak di kasih tau." Kata Shania. Antara bercanda dan mengancam.

"Ih lucu deh ngancemnya" Kata gue seraya mencubit pipinya.

"Main cubit-cubit ajah kamu." Kata Shania.

Shania tiba-tiba menggenggam tangan gue. "Daf, cepet sembuh ya. Aku gak mau liat kamu sakit. Kamu emang bukan siapa-siapa aku, tapi aku dulu pernah sayang samu kamu. Mungkin sekarang juga masih sayang kok."

"Iya deh.. Hehehe. Hehehe." Kata gue. Gue sih kaget ajah Shania bilang kaya gitu sampai-sampai gue salah tingkah.

"Janji ya sama aku cepet sembuhnya!" Kata Shania.

"Iya." Kata gue sambil mengggenggam erat tangan Shania. Shania hanya tersenyum.

Akhirnya setelah lama mengobrol dengan Shania, suster pun datang membawakan makanan, gue disuapin Shania sementara Bene belum juga datang. Mungkin Bene diringkus Polisi karena tidak membayar makanan yang dia beli. Gak tau, hanya Bene dan Tuhan yang tahu. Dan Pak Polisi.

Setelah nyuapin gue, Shania langsung pindah duduk di sofa, Baca-baca manga yang Bene bawa. Sementara Bene belum juga datang.

"Eh daf, Manga yang Bene baca mesum banget deh. Hahahaha." Shania tertawa. Gue kaget dengan omongan Shania, gue gak tau sebenarnya Manga macam apa yang dibaca Bene. Pantes Bene kegatelan banget bacanya.

"Iya, muka dia juga mesum gitu." Kata gue. Shania pun tertawa terbahak-bahak, sementara gue hanya tersenyum. Tersenyum karena liat Shania tertawa dan tenggorokan gue gak bisa diajak berkoalisi jika gue ketawa. Kalau gue maksa ketawa pasti sakit.

Setelah menunggu lama akhirnya Bene datang. Bene datang dengan membawa banyak makanan ringan.

"Nih Shan buat kamu." Kata Bene sambil mengasih chiki ke Shania. "Lah kok, kamu baca Manga aku ya ?"

"Iya, lagian nganggur gitu ya aku baca deh. Hahahaha." Kata Shania sambil tertawa karena aib Bene selama ini terbongkar.

"Seru gak ?" Tanya Bene polos dengan muka datarnya. Shania tertawa makin menjadi-jadi melihat ekspresi muka Bene yang seperti itu. Gue pun hanya tersenyum kecut.

"Ih ditanya malah ketawa." Gumam Bene. Bene langsung duduk dan membuka chikinya. "Nih Shan, bagi dua ajah sama aku."

"Iya deh makasih ya. Hahahaha." Shania ketawa sambil mengambil snack yang dikasih Bene.

"Awas keselek Shan. Ketawa mulu." Kata gue ke Shania.

"Iya daf, kamu mau ?" Tanya Shania.

"Engga deh, aku udah kenyang tadi."

Shania pun dikit-dikit masih ketawa-ketawa kecil, sementara Bene diam dengan memasang tampang berdosa. Udah jam 2 siang dan Nyokap pun belum datang. "Nih Valdy sama Ayana bawa kemana ya Nyokap sampai jam 2 ini belum datang." Gerutu gue dalam hati.

Setelah menunggu lama akhirnya Nyokap datang. Nyokap datang dengan tas yang gak asing bagi gue.

"Ma, itu tas bukannya punya aku ?" Tanya gue.

"Iya, mama tadi ke Rusun kamu dulu. Ngambil baju kamu." Kata Nyokap sambil mengelus pundak gue. "Udah tenang, disini udah ada Mama."

Nyokap pun nanya-nanya apa yang gue makan di Bandung, nanya apa yang gue lakuin selama ini yang membuat gue sakit, dan nanya kenapa muka gue jelek dari dulu. Nyokap merasa berdosa melahirkan anak macam gue yang punya tampang seperti ini.

"Hahaha apaan sih kamu." Kata Bene ke Shania. Daritadi, mereka berdua ribut melulu.

"Ciee PDKT." Kata Ayana.

"Ih engga tau, hehe." Kata Shania sambil tersenyum malu.

"Siapa juga yang mau sama nih cewe, ketawa mulu kerjaannya. Sama kaya orang gila." Kata Bene.

"Iiiiiihhhhhhh." Shania mencubit Bene.

"Eh udah udah, jangan berantem gitu. Nanti saling suka loh." Kata Nyokap sambil membawa kursi lalu duduk dekat Shania.

Nyokap dan Temen-temen pun mengobrol dengan santai. Gue tau nyokap bakal ngumbar semua aib gue. Dari masih kecil sampai sekarang. Gue pun pura-pura tidak mendengar.

"Eh tau gak, Daffa dulu waktu kecilnya suka "pup" di celana looohh. Tante gak bohong, ini seriusan." Kata Nyokap. Semua pun pada ketawa ngakak. Bene yang tertawanya paling kencang, disusul sama Shania. Mungkin mereka jodoh.

Mampuslah gue hari ini.

Udah dirawat lalu diumbar pula aibnya. Mungkin pas sembuh gue menjadi orang yang paling diincar untuk dihina. Tapi ada satu hal yang membuat gue bingung saat ini.

"Bagaimana cara gue buat ngasih tau ke Yuvi kalau gue sakit ?"

1 comment: