Pages

Standupwrongway Fanfict JKT48 : Scholarship Love 2 (Part 3)

Wednesday 2 July 2014
"Daf, kamu lulus test. kamu mulai lusa masuk kuliah ya. Belajar yang bener, kuliah di Jepang tuh mahal dan cara masuknya susah. Semoga kamu gak sia-siain peluang ini." Kata Bokap melalui email Kak Hanna.

Gue udah sampai di Sapporo dengan keadaan mengenaskan. Gue mengalami Jet Lag yang membuat gue tidur lebih dari 14 jam. Gue orangnya emang gak terlalu suka naik pesawat, tapi apa daya jika ingin cepat sampai ya pesawatlah yang dipilih. Rasanya pengen punya alat Teleportasi.


=======

Hari pertama pun tiba dan gue melihat banyak sekali murid baru yang berkumpul di lapangan, gue pun seperti anak terlantar yg diasingkan, gue gak kenal semua orang disini. Beda seperti yang di Osaka, gue ditemenin Ruly dan Valdy. Tiba-tiba ada cowok gendut yang memukul bahu gue dari belakang.

"Eh, kamu mahasiswa baru disini ?" Tanya dia dengan menggunakan bahasa jepang. Kayanya dia orang Indonesia, muka melayunya terlihat jelas memancar dengan liar dan badan gendutnya yang membuat gue keheranan.

"Iya." Gue hanya mengangguk.

"Eh, lu orang Indonesia ?" Tanya dia. Wah ternyata dia orang Indonesia, akhirnya gue dapet teman tapi pertanyaannya, apakah dia sudi mau berteman sama gue ?

"Iya haha, gue anak baru disini. Lu Indonesianya dimana ?" Tanya gue mencoba akrab dengan dia.

"Gue di Banjarmasin, Tapi udah lama di Jakarta. Gue ngambil S2 kesini gara-gara dapet beasiswa" Jawab dia lengkap. Orang Banjarmasin ternyata, terlihat dari mukanya yg melayu unyu itu.

"Eh ngomong-ngomong nama lu siapa ?" Kata gue menanyakan nama ini anak.

"Irsyad Arrahman, panggil ajah Bene. Gak nyambung kan ? Hehe. Nama lu siapa ?" Tanya Bene kepada gue.

"Daffa, Daffa Arraufar." Kata gue sambil menguap. "Eh, seriusan lu mau gue panggil Bene ?"

"Iya udah pangggil itu ajah, lagian Irsyad itu berat. Gue panggil lu Acuy ajah ya ?" Kata Bene santai. Kenapa gue harus dipanggil dia Acuy ? Nama Acuy terdengar seperti nama Maling Ayam yang terkenal.

"Iya deh gue di panggil Acuy ajah." Kata gue pasrah.

Setelah pulang, gue bersama Bene dan satu teman baru yaitu Yukimitsu berjalan ke taman seberang kampus buat refreshing ajah. Yukimitsu ini orangnya sangat rajin belajar dan dia terlihat kurang gaul dibanding kami berdua yang gaulnya sudah overdosis.

Akhirnya kami duduk-duduk dengan santai dan gue pun membaca buku sementara Bene dan Yukimitsu mengobrol. Tapi konsentrasi gue membaca buku buyar ketika ada cewek duduk diseberang kita bertiga. Gue seperti kenal cewek itu, ah iya gue kenal dia. Gue lalu menghampiri dia dan duduk disebelahnya, dia sempat menggeser duduknya menjauhi gue. Gue lalu menggeser duduk gue lebih menjauh lagi sehingga dia melihat tingkah aneh gue.

"Da-Daffa ?" Kata dia mencoba memastikan itu gue.

"Iya ? Kenapa ?" Tanya gue kepada dia.

"Kamu bener Daffa ?" Tanya dia lagi, dia seperti menganggap gue berpura-pura.

"Iya Shania!" Kata gue kepada dia. Iya cewek itu adalah Shania, Mantan gebetan gue yang paling cantik.

"Ah udah lama gak ketemu ? Kamu ngapain disini ?" Tanya Shania sembari tersenyum.

"Aku kuliah disini, kamu juga ngapain disini ?" Tanya gue kepada Shania, gue sekarang mendadak menjadi Kepo sama dia.

"Kuliah juga, hahaha tadi aku juga liat kamu loh. Ternyata mau jadi sastrawan juga. Hahaha." Ternyata Shania udah ngelihat gue.

"Ternyata kamu udah lihat aku, kenapa gak nyapa aku ?" Tanya gue heran.

"Bukannya gak mau, masa aku harus teriak manggil kamu hehehe." Kata Shania, kenapa gue jadi adem ngobrol sama dia. HUHUHU.

"Eh, Kamu sama Dimas gimana sekarang ?" Kata gue penasaran.

"Aku udah putus, setahun yang lalu." Ujar dia sambil menundukan kepala.

"Hah kok bisa putus sih ?" Kata gue yang bener-bener terkejut mendengar perkataan Shania. Gue seperti gak percaya Shania putus sama Dimas. Padahal mereka cocok-cocok ajah.

"Dia terlalu sibuk sama karir. Dia kaya yang lupa kalau aku itu pacarnya, dia juga gak ada waktu buat aku, jadinya aku mutusin dia ajah daripada terus digituin." Jelas Shania sambil tersenyum, "Kamu masih saya Yuvi ?"

"Iya, udah 3 tahun aku sama dia. Hehehe." Kata gue, Kali ini perkataan gue membuat Shania terdiam. Mungkin dia menyesal. Akhirnya kita berdua diam, Shania mendekatkan duduknya disamping gue, sementara gue kembali melanjutkan membaca buku.

"Hoy cuy, berduaan mulu. Mau pulang gak ?" Seru Bene dari kejauhan.

"Oh ayoo." Kata gue sambil menutup buku. "Shan, aku pulang dulu ya."

"Oh iya, hati-hati." Kata Shania sambil tersenyum.

"Eh nomor HP kamu masih yang dulu apa udah ganti ?" Tanya gue.

"Oh iya udah ganti, nih catet ajah nomor aku." Ujar Shania. Gue langsung mengambil buku catatan dan mencatat nomornya, gue lupa gak bawa HP.

"Makasih ya.."

"Iya sama-sama." Kata Shania sambil tersenyum. Kenapa Shania senyum-senyum mulu ke Gue ? Ah lupakan.

Gue dan Bene berjalan menyusuri kota Sapporo, Kita sekarang tinggal berdua berhubung Yukimitsu udah pulang duluan. Bene terus nanya tentang Shania, Dibilang cantiklah, tinggi lah, tapi setelah gue ngasih tau kalau Shania itu dulu Gebetan gue dia langsung terdiam dan melanjutkan jalan.

Gue ternyata satu Manshon sama Bene (Berhubung kata Manshon itu aneh, diganti ajah jadi Rusun)

"Eh cuy, nanti malem mau keluar gak ?" Tanya Bene.

"Engga ah, males gue. Lu ajah ben." Kata gue menolak ajakan Bene, gue lagi males keluar.

"Yaudah gue main ajah ke kamar lu nanti malam, gue juga bete kalau jalan sendiri." Kata Bene.

"Okedeh."

Gue lalu merebahkan diri dan memikirkan kembali kejadian gue bertemu dengan Shania. Shania terlihat lebih cantik sekarang beda sama yang kaya 3 tahun lalu, tapi gue rasa dia ada rasa penyesalan terhadap gue. Gue jadi aneh sama hari ini, tapi gue juga senang karena ada temen baru. Malem ini gue memutuskan untuk skype-an sama Yuvi, gue jadi kangen sama dia.

===

Malamnya, gue sama Bene nonton DVD sambil memainkan gitar yang dibawa si Bene. Bene sendirinya katanya dia punya band di Indonesia, Tapi gagal manggung karena salah satu personilnya operasi usus Buntu dan akhirnya band itu sukses bubar.

"Tragis amat ya band elu. Hahaha." Kata gue sambil tertawa.

"Gausah ketawa lu." Kata Bene langsung mengerutkan mukanya.

keasikan nonton DVD, gue sampai lupa kalau gue mau skype-an sama Yuvi. Gue langusng ambil laptop. Sign-in lalu nge-calling dia.

"Aaaaahhhhhh Daffa akhirnya kamu ngehubungin aku juga." Teriak Yuvi. Untungnya Bene gak denger suara si Yuvi, dia keasikan nonton.

"Iya Yuv, aku kangen sama kamu."

"Aku juga kangen sama kamu. Kamu lagi apa ?"

"Lagi nafas."

"Ih kalau nafas sih gausah diomongin kali. Haha."

"Hehehe, kalau kamu lagi apa."

"Lagi mikir."

"Mikirin apa ?"

"Kamu." Buset dah nih cewe ditinggal gue jadi jago ngegombal.

Gue lagi asik ngobrol sama Yuvi, tiba-tiba Yuvi diem. Gue tanya kenapa, dia malah tambah diem.

"Daf itu siapa ?"

"Siapa apanya ?"

"Tuh dibelakang kamu."

Gue menoleh kebelakang dan ternyata itu Bene, gue langsung terkejut.

"Anjir lu Ben, ngagetin gue ajah." Kata gue, Yuvi hanya tersenyum.

"Nih Yuv kenalin, temen baru aku. Bene."

"Oh, aku Yuvi. Salam kenal ya."

"Aku Bene." Kenapa pas Bene ngomong "Aku Bene." terlihat seperti om-om yg ngasih permen ke anak-anak.

"Eh Yuv, aku mau beli makanan dulu ya. Bye sayang."

"Ya Sayang, hati-hati ya."

Gue menutup percakapan dan langsung beli makanan. Bene pun ikut membeli makanan, tapi melihat badannya yang gendut, gue yakin dia bakalan beli banyak makanan.

"Enak ya cuy jadi lu, Punya pacar imut, punya temen cewe cantik. Hoki banget hidup lu." Kata Bene.

"Bukan hoki. Cuma keberuntungan." Kata gue kalem.

"Sama ajah, bego." Kata Bene.

===

Gue udah sebulan disini, sekarang gue udah punya banyak teman dan hubungan LDR gue sama Yuvi pun berjalan lancar walaupun gue udah gak ngehubungin dia seminggu. Bene pun sekarang lagi suka-sukanya Wotagei, Sementara gue lagi hobi nonton dorama. Gue seperti lelaki yang kurang asupan kasih sayang.

Disaat gue sedang nonton TV dan ngemil makanan yang gue bawa dari Indonesia tiba-tiba ada yang ngetok pintu kamar gue dengan keras. Gue lalu melangkah dengat berat membuka pintu dan ternyata itu yang ngetok si kampret Bene.

"Mau apa lu ben kesini ?" Tanya gue kesal.

"Engga gue mau main ajah." Kata Bene sambil membawa kantong kresek.

"Itu kantong kresek isinya apaan ?" Kata gue penasaran.

"Udah nanti bukanya di dalam ajah." Ujar Bene.

Bene pun didalam langsung mengeluarkan isi di dalam kantong kesrek itu, dan ternyata isinya Lightstick potek. Bene pun bilang kalau ini dia beli buat wotagei. Dia beli 20 Biji. Kurang kerjaan. Bene pun sempat mau meminjam laptop gue.

"Cuy, gue pinjem laptop lu ya. Mau nonton video wotagei yang gue copy dari temen." Kata Bene. Gue mengangguk.

Ketika Bene memakai laptop gue, gue kembali melanjutkan nonton TV.  Gue liat si Bene asik banget nontonnya. Emang apa sih istimewanya Wotagei ? Cuma mainin lampu terus membuat gerakan indah, Kurang kerjaan banget.

Setelah nonton selama 1 jam di laptop gue, Bene pun pamit pulang ke habitatnya. Gue pun langsung ambil alih laptop dan mau Skype-an.

Tapi ada yang aneh pas laptopnya hidup, desktop gue berubah jadi hitam semua. Semuanya. Cuma kursor doang yang gerak. Gue pun gak bisa nyalahin si Bene begitu ajah. Kalau laptop gue rusak, pasti hubungan gue sama Yuvi bakal rusak.

Gue pun pasrah dan menuju kamar si Bene buat mencari penjelasan.

"Ben, lu apain laptop gue ?" Tanya gue.

"Kalau gue jujur sih, sebenarnya tadi flashdisk gue banyak virus." Kata Bene polos seperti tidak tahu apa-apa.

"Ben, lu gausah tanggung jawab. Tapi cukup anterin gue sekarang ke tempat service dan lu yang bayar semua. Cabut sekarang!" Kata gue kesal.

"O....Okeee."

Akhirnya Bene membawa ke tempat temennya yang jago otak-atik komputer. Nih anak baru sebulan disini udah banyak kenalan juga.

Katanya selain ke virus, laptop gue ternyata udah berumur 5 tahun. Kata temennya si Bene kalau Laptop udah 5 tahun harus udah diganti sama yang baru. Iya gue sebenarnya mau ganti yang baru, tapi kan gue belum ada uang buat beli dan di Laptop itu banyak tugas. Gue harus memberi penjelasan ke Dosen nanti.

Mungkin hubungan gue sama Yuvi bakal kacau kalau gak ada Laptop itu, Kalau sekedar Telepon itu gak akan saling percaya. Bisa ajah pas gue nelepon Yuvi, Yuvi lagi sama cowok lain atau Yuvi mengira gue lagi sama cewek lain. Tapi gue udah maafiin si Bene dan dia udah merasa bersalah tapi tetap saja gue masih kesal sama dia.

Akhirnya gue galau seharian, mau telepon Yuvi males cuma denger suara doang, Mau main ke kamar Bene cuma gue lagi marah sama dia, Mau jalan sama Shania.... Hah iya jalan sama dia. Tapi jangan besok. Minggu depan saja. Gue jalan sama Shania hanya untuk mengusir rasa galau gue.

Gue langsung ngeSMS Shania dan dia mengiyakan. Setelah itu gue langsung nelepon Yuvi saja, udah seminggu gue gak nelepon dia dan cuma pengen tau reaksinya gimana.

"Halo Yuv ?" Kata Gue.

"Iya Daf, kenapa kok tumben baru ngehubungin aku nelepon." Kata Yuvi dari kejauhan.

"Gak Yuv, laptop aku rusak. Jadi gak bisa skype-an sama kamu. Aku males kalau cuma sekedar nelepon."

"Jadi kamu males nelepon aku ?" Kata Yuvi menaikan nada bicaranya.

"Bukan males,tapi aku males ajah kalau cuma denger suara. Aku juga pengen face to face walaupun kita jauh." Kata gue mencoba menjelaskan.

"Tapi kamu juga udah gak ngehubungin aku seminggu. Kalau kamu males nelepon aku tinggal bilang gausah disembunyiin." Seru Yuvi. Yuvi mungkin lagi PMS. Sensitif abis.

"Ya aku emang gak ngehubungin kamu seminggu karena banyak tugas, kamu sendiri juga jarang banget nelepon aku.  Masa harus aku yang nelepon kamu terus." Kata gue yang sudah kesal. Kenapa bisa begini.

"Terserah kamu deh sekarang." Tutup Yuvi.

Gue semakin galau. Yuvi marah sama gue dan Yuvi pun mengira gue marah sama dia. Gue jadi ingat perkataan pas gue jadian sama Yuvi tentang orang yang berantem. Gue merasa malu dihadapan Yuvi. Gue memutuskan untuk gak ngehubungin dia seminggu. Apakah dia bakal nelepon gue ? NgeSMS gue ? Atau sama sekali gak ngehubungin gue ? Gak tau.

Semoga suasana kembali normal.

To be continue.

No comments:

Post a Comment