Pages

Standupwrongway Fanfict JKT48 : Scholarship Love 2 (Part 2)

Saturday 28 June 2014
"Pa, aku mau makan dulu. Laper." Kata gue ke Bokap. Bokap mengiyakan.

Gue sekarang udah di Bandara Shinchitose, Sapporo dan sedang menderita cukup hebat karena duduk 10 jam di pesawat. Di Tokyo sih pas Transit gue udah makan tapi sayang perut minta di isi lagi. Gue akhirnya memesan Ramen dan makan dengan sangat brutal.



"Eh nak, Makannya pelan-pelan. Nanti perut kamu sakit." Kata Bokap memeringatkan gue sambil menahan malu anaknya makan seperti itu.

"Iya, pa. abisnya udah laper." Kata gue. Gue orangnya emang susah di tegur kalau udah makan banyak.

Akhir 2 mangkok Ramen gue habiskan. Ramen disini enak dan beda dari yang di Osaka sementara Bokap makan Soba.

Bokap sementara menyewa Hotel dulu selama 3 hari sebelum gue tinggal di Manshon. Sesampainya di Hotel gue langsung buka laptop dan ngecek adakah email yang masuk. Ternyata ada 3 email yang masuk, itu dari Valdy, Ruly dan ........ Yuvi.

"Anjir lu sekolah di Hokkaido University daf ? Keren. Ada teman gue lulusan disitu jadi guru matematika di Hakata. Tapi gue mau ngasih tau kalau testnya bakalan sengit soalnya banyak yang mau daftar disitu. Lebih baik lu belajar dari sekarang. Okee Good luck my friend!" Email dari Ruly terkuejut seperti tidak percaya temannya itu belajar di Hokkaido. Di Sapporo pula.

"Eh si kampret belajar di Sapporo juga. Emang lu kuat nahan dingin disitu ? Lu aja di suhu 25 derajat celcius udah menggigil. Engga daf gue bercanda. Bagus sih lu mau kuliah di Universitas sebagus itu tapi Yuvi nantinya gimana ? Mau LDR lu ? Gue kasih tau LDR itu susah dan tidak menyenangkan bagi gue. Tapi gue yakin Yuvi juga ngerti keadaan lu sekarang, Oke pasti masuk Universitas itu ada testnya, jadi lu belajar ajah." Balasan Valdy membuat hati gue terhenyak, dia bilang kalau LDR itu susah dan tidak menyenangkan. Tapi dalam situasi apapun, gue yakin Yuvi akan senang di samping gue.

Valdy dan Ruly kompak memeringatkan gue untuk belajar dari sekarang. Gue engga ngebales email dari mereka.

"Sayang kamu kapan ke Osaka ? Aku udah kangen nih. Cepet kesini ya!" Email dari Yuvi yang membuat gue berpikir keras, dia berharap gue pergi ke Osaka tapi saat ini gue sedang di Sapporo dan fokus buat test nanti. Gue memilih untuk engga ngebales emailnya.

Gue memilih untuk belajar sekarang buat test, tapi gue masih bingung sama nasib sama Yuvi nantinya.

Besoknya, Bokap ngedaftarin gue di Hokkaido University dan besoknya langsung ikut test. Bokap gue sendiri pulang nanti 5 hari lagi.

"Pa, Pulangnya nanti Transit dimana ?" Tanya gue.

"Lewat Osaka. Kenapa ?" Kata Bokap.

"Aku ikut ke Osaka ya pa, sekalian mau ketemu Yuvi." Kata gue sambil tersenyum unyu berharap diperbolehkan.

"Yaudah, tapi inget minggu depan kalau kamu lulus test langsung kuliah." Kata Bokap mengiyakan. Mengetahui bahwa gue akan ke Osaka nantinya gue langsung ngebales Email Yuvi tadi.

"Ya sayang, 5 hari lagi aku ke Osaka! I Promise!" Gue ngebales email Yuvi dengan perasaan senang dan riang! Gue langsung lanjut belajar lagi. Belajar untuk lulus test dan kuliah dan kelulusan itu membuat gue akan jauh dari Yuvi.

Hari test telah tiba dan gue udah siap 100% setelah belajar pagi-siang-malam-shubuh-pagi-siang-malam. Gue pun siap dengan test ini. Jika lulus, mungkin gue akan ngebahagian Bokap  dan sebaliknya gue akan pisah dari Yuvi.

===

Setelah test, gue langsung berkemas menuju Manshon yang udah Bokap beli.

"Nih jadi rumah kamu sekarang, urus sendiri ya. Nanti Mama sama Kakakmu kalau liburan ke Sapporo. ya tinggal tidur disini." Kata Bokap sambil tersenyum. "Besok Papa pulang, Papa transit di Osaka kok. Kamu bukannya mau ke Osaka ?"

"Iya pa, kan aku udah bilang." Kata gue. Akhirnya gue akan ketemu Yuvi juga.

Besoknya gue udah di Bandara lagi, rasanya baru kemarin kesini. Gue udah ngirim email ke Yuvi kalau gue mau pergi ke Osaka. Gue sih gak terlalu suka naik pesawat, gue malah suka pakai kereta api kalau di Jepang.

Sesampainya di Osaka, gue pisah sama Bokap gue. Bokap gue bilang kalau hasil testnya 2 hari dan gue nanti di kasih tau Bokap lulus atau tidaknya lewat email.

"Semoga kamu lulus nak!" Kata Bokap sambil mengusap kepala gue.

"Iya pa, doain ya!" Kata gue meminta doa kepada Bokap.

Setelah peristiwa yang amat sangat mengharukan tadi, gue langsung bergegas ke Apartemen dan rebahan sebentar sambil ngasih tau Yuvi bahwa gue sudah sampai dengan selamat.

"Malam nanti kita jalan ya! yaudah kamu istirahat dulu." Balas Yuvi dan gue membacanya sambil tersenyum-senyum., tapi senyum itu tidak bertahan lama ketika gue sadar apa yang harus gue omongin nanti sama Yuvi kalau gue bakal kuliah di Hokkaido. Akhirnya gue memustuskan tidur dulu.

Gue pun terbangun disaat jam menunjukan pukul 4 sore.

"Ah masih lama, yaudah gue jalan-jalan bentar dulu ajah." Kata gue dalam hati.

Gue langsung cuci muka dan langsung pergi ke Sekolah buat mengenang masa jaya gue disini. Ternyata masih ramai mahasiswa yang sedang bermain bola, berpacaran, dan bersenda gurau. Gue masih gak percaya kenapa bisa ya orang kaya totol kostum trio macan terdampar disini untuk belajar. Tiba-tiba ada yang memanggil nama gue.

"Daffa-san!"

"Eh kamu, masih betah ajah disini." Kata gue kepada junior gue, si Iqbal.

"Hahaha, tumben kesini. Ruly sama Valdy dimana ?" Tanya Iqbal.

"Mereka udah kerja di luar Jepang. Kenapa emangnya ?" Kata gue.

"Biasanya kakak kalau kemana-mana suka sama mereka kan tapi sekarang sendiri." Kata Iqbal. Mendengar kata "sendiri" gue jadi merinding. Alangkah kesepiannya nanti gue di Sapporo gak ada Yuvi dan mungkin kami berdua terpaksa berhubungan jarak jauh.

"Iya, soalnya udah hafal jalan. Eh, ayo ke kafe biasa deket sekolah. Kakak traktir deh." Kata gue kepada Iqbal.. Iqbal hanya mengangguk. Gue mengajak dia buat mengusir rasa bete gue.

Setelah lama mengobrol di kafe tentang masa lalu gue yang amat kelam. dan yang paling kelam adalah, Gue pernah nyasar pas mau pergi ke Tokyo untuk ketemu temen gue dan berita itu tersebar sangat cepat dikalangan anak Indonesia di Osaka. Terutama Yuvi.

"Hahahahaha, kamu kenapa bisa nyasar! Aduuuhhhh." Yuvi tertawa terbahak-bahak.

"Lagipula aku banyak gaya sih pergi sendiri hehehe." Kata gue mencoba membuat pengakuan yang sangat terpaksa.

Seketika kenangan demi kenangan muncul. Kenapa akhir-akhir ini gue banyak berfikir tentang hubungan ini. Hubungan yang seharusnya dilalui bersama tapi akhirnya akan dipisahkan oleh jarak. Pilihan Kuliah di Sapporo bukan lah hal yang salah bagi gue, tapi itu adalah pilihan yang salah bagi cinta gue.

Akhirnya langit mulai meredup dan sinarnya digantikan oleh lampu-lampu kota yang begitu terang. Gue pun mau ngeSMS Yuvi tapi Yuvi duluan yang ngeSMS gue.

"Kamu dimana ? Aku udah di kafe yang biasa nih, bukan kafe deket sekolah ya :) kamu kesini ya." Kata Yuvi. Yuvi sepertinya gak mau gue lupa karena mungkin yang diotak gue Kafe itu hanya yang didekat sekolah.
"Okee aku kesana." Balas gue.

Akhirnya sesampainya di Kafe, gue melihat Yuvi sedang duduk manis.

"Hey Yuv." Kata gue sambil memegang pundaknya dari belakang.

"Eh Daf, kamu ngagetin aku tau gak. Ih muka kamu berubah ya hahaha." Kata Yuvi. Mungkin Yuvi mengira tidak bertemu 2 minggu serasa 2 tahun dan mengira ada yang berubah dari muka tembok rengginang ini.

"Gak ada yang berubah kok." Kata gue sambil mencoba membayangkan muka gue. Apakah ada yang berubah atau letaknya tertukar.

"Iya ada yang berubah! Kamu makin ganteng." Kata Yuvi.

"Masa sih ? kamu juga makin cantik. hehehe." Gue mencoba memuji balik.

"Hehehe, makasih ya!" Kata Yuvi. Raut muka Yuvi sekarang bahagia. Namun, apa mungkin gue ngasih tau sekarang kalau gue bakal kuliah di Sapporo disaat dia lagi senang ? Ah tapi gue harus ngomong secepatnya.

"Eh Yuv, ada yang mau aku omongin nih." Kata gue dengan berat mengakatakan kata-kata seperti itu.

"Ngomongin apa daf ?" Kata Yuvi.

"Kamu jangan marah ya." Gue mencoba menenangkan dia dan menatap matanya lurus. "Aku mau kuliah di Sapporo buat S2. Emang sih nantinya aku sama kamu jauh tapi aku usahain deh sebulan sekali ketemu kamu."

"Kamu mau kuliah disitu ? Gak apa-apa sih tapi nantinya kita LDR-an dong ?" Kata Yuvi seperti menyesal.

"Emangnya kenapa kalau LDR ?" Tanya gue balik.

"Aku engga biasa ajah sama yang namanya LDR. Tapi kalau kamu mau kuliah disitu gak apa-apa kok dan kalau mau ketemu aku sebulan sekali juga jangan dipaksain." Seru Yuvi. Gue sekarang seperti Tim Sepakbola yang pertahanannya di gempur habis-habisan oleh lawannya.

"Aku bakal usahain kok ketemu kamu sebulan sekali." Kata gue mencoba menenangkan dia.

"Tapi gak usah dipaksain ya, gaenak sama kamu nantinya." Kata Yuvi. Tiba-tiba tangan Yuvi menggenggam erat tangan gue. "Walaupun kamu jauh dari aku daf, aku tetep sayang sama kamu kok."

"Ya, aku juga sayang sama kamu." Kata gue. Tangan Yuvi terasa hangat dan lembut dibandingkan dengan tangan gue yang kasar seperti kuli bangunan.

"Yaudah yuk kita jalan-jalan ke Namba Parks." Ajak Yuvi. Mungkin Yuvi akan mengenang peristiwa dimana dia menerima cinta gue.

Jalan-jalan di Namba Parks seperti angin segar yang terus menyegarkan pikiran gue. Disini tempatnya adem dan tempatnya gak terlalu ramai. Gue berjalan sambil menggenggam erat tangan Yuvi. Gue sesekali melihat dia dan dia melihat balik.

Kita berdua pun duduk di lantai paling atas. Memandangi indahnya kota Osaka dari atas sini.

"Daf, tau gak ?" Kata Yuvi.

"Engga." Kata gue bercanda.

"Ih ini serius, kamu bener-bener mau sekolah ke Sapporo nih ? Aku bete terus nih kalau gak ada kamu." Tanya yuvi.

"Beneran, tapi kalau aku lulus test, lusa pengumumannya. Tapi besok aku harus kesana beres-beres barang." Kata gue.

"Kamu gak lama kan di sana ?" Tanya Yuvi.

"Gak tau tuh, hehehe." Jawab gue meracau.

"Kamu bener-bener gak akan ninggalin aku kan ?" Gue terus digempur pertanyaan sama Yuvi dan gue bingung kenapa Yuvi mendadak menjadikan suasana ini menjadi seperti Sinetron labil.

"Bener, serius. Kan aku udah bilang aku usahain ketemu kamu sebulan sekali dan itupun kalau aku sempet." Jawaban gue sekarang benar-benar membuat Yuvi terdiam. Yuvi pun perlahan menyenderkan kepalanya di Bahu gue.

"Beneran kok, aku gak akan ninggalin kamu." Kata gue mencoba menenangkan dia. Menenangkan adalah hal yang paling gue bisa. Waktu SMA gue pernah nenangin tukang siomay yang marah gara-gara ada yang belum bayar udah kabur duluan, ya yang kabur itu Si Ruly. Maka dari itu gue menenangkan tukang siomay itu agar Ruly selamat. Ruly pun selamat dan siomay tadi dibagi rata sama gue.

Malam itu terasa sangat hangat, Yuvi menyenderkan kepala di pundak gue, sementara gue ngupil terus sampai lubang hidung gue kinclong. Entah kenapa saat ini gue hobi banget ngupil.  Tapi malam itu adalah malam dimana kisah LDR kita dimulai.

"Yuv, besok kamu mau nganter aku ke Bandara ?" Tanya gue.

"Iya aku nganterin kamu." Ujar dia mengiyakan.

"Eh Yuv, pulang yuk."

"Yaudah ayooo.!" Kata Yuvi.

Akhirnya kita berdua pulang, gue nganterin Yuvi sampai ke rumahnya dan gue malam itu pun tidur dengan nyenyak. Akhirnya kita berdua sepakat kita akan menjalani hubungan jarak jauh. Hubungan yang selalu ingin gue hindarkan tapi itu terjadi juga.

Gue gak suka LDR-an. Yuvi juga.

To be continued.

No comments:

Post a Comment