Pages

Standupwrongway Fanfict JKT48 : Scholarship Love 2 (Final Part)

Tuesday 5 August 2014
Sudah 3 hari gue dirawat dan keadaan gue makin mengenaskan mulai membaik. Nyokap dengan senantiasa menemani gue di Rumah Sakit, sementara Valdy dan Bene sesekali menjenguk gue dengan membawakan makanan tapi makanan tersebut sudah habis duluan dimakan Bene sebelum sampai di tangan gue.

Nyokap pun hobi banget cerita. Nyeritain Bokap yang setiap hari mencuci Astrea Legendanya sampai Kak Hanna yang pernah salah masuk mobil gara-gara keasikan main HP. Disaat Nyokap lagi cerita tiba-tiba ada suara ketukan pintu yang memotong cerita Nyokap, ternyata itu adalah Shania, Ayana, Bene dan Yukimitsu.


"Ah Daf, akhirnya aku bisa ngejenguk kamu juga." Kata Yukimitsu dengan bahasa Jepangnya yang seperti pesawat tempur, cepat dan beraturan. Shania dan Ayana pun duduk di sofa dan Nyokap pun ngobrol sama mereka.

"Kalau gak ngejenguk juga gak apa-apa." Kata gue.

"Hahaha, mending kamu gak usah ngejenguk dia deh." Kata Bene ke Yukimitsu. Gue gondok.

"Udah diam kamu!" Kata Yukimitsu yang sudah tau sifat Bene yang selalu bercanda, Yukimitsu ini tidak terlalu suka bercanda dan bawaannya selalu serius.

"Eh daf, gimana rasanya ? udah agak mendingan ?" Kata Shania, wajah cantiknya membuat gue teringat sama janji yang gue buat sama dia, yaitu ngasih tau Yuvi kalau gue sakit.

"Eh Shan, tolong ambilin Handphone aku dong, aku mau nepatin janji kamu." Kata gue ke Shania.

"Oh janji itu ya, kok baru sekarang sih. Hehehe." Shania mengambil Handphone gue yang di charge di dekat Kulkas. "Nih Handphone nya."

"Makasih ya." Gue langsung berpikir mau nelepon apa SMS. Gue pun akhirnya memilih nelepon Yuvi.

"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif" Kata mbak-mbak dikejauhan.

"AH KAMPRET!" Gerutu gue dalam hati.

"Kenapa daf ?" Tanya Shania yang sepertinya bisa membaca isi hati gue.

"Handphone dia gak aktif, mungkin lagi lowbatt atau di charge." Kata gue.

"Yaudah SMS ajah, kan pas Handphonenya aktif dia bisa langsung baca SMS kamu." Kata Shania.

"Oh iya bener, yaudah aku SMS." Kata gue. Shania Tersenyum. Gue langsung nge SMS Yuvi bahwa gue lagi sakit. "Udah Shan udah!"

"Nah gitu dong, jadi kalian gak berantem lagi." Kata Shania.

Setelah itu, akhirnya Ayana, Bene, Yukimitsu dan Shania pada ngumpul ngobrol bareng gue, pake bahasa Jepang biar Yukimitsu ngerti. sementara Nyokap nonton TV. Gue seneng liat Nyokap nonton TV agar aib gue yang lain tidak diumbar. Sudah cukup beberapa aib gue diumbar lusa kemarin, dari gue pernah kepeleset di mall dan nabrak mbak-mbak sampai gue pernah membawa gunting saat mau pergi ke Bangkok naik pesawat, habis koper gue di bongkar-bongkar nyari tuh gunting.

"Eh si Valdy kemana " Tanya gue.

"Dia jalan-jalan beli oleh-oleh." Kata Ayana.

"Kok kamu gak ikut ? Biasanya nempel sama Valdy." Tanya gue.

"Aku bangunnya kesiangan, Valdy sebenarnya udah ngajak aku dari pagi tapi aku masih tidur." Jelas Ayana.

"Dasar kebo." Kata Shania.

"Hehehe." Ayana hanya tertawa..

"Kalian ngomongin apa ? ngomongin aku ya ?" Tanya Yukimitsu keheranan setelah gue mengganti bahasa pembicaraan.

"Engga kok, nanti kamu aku ajarin bahasa Indonesia deh." Kata gue.

Lama ngalor ngidul bareng mereka akhirnya mereka pun pulang, dan disini tersisa tinggal gue dan Nyokap. Nyokap gue pun langsung menghampiri gue.

"Pacar kamu gak ngejenguk kamu Daf ?" Tanya Nyokap dengan nada keibuan.

"Ma, dia kan tinggal di Osaka. Jauh dari sini." Jawab gue.

"Emangnya Osaka disebelah mana Jepang ?" Tanya Nyokap. Plak! Ternyata Nyokap gak tau letak Osaka.

"Mama pernah ke Nagoya kan ? Deket-deket situ deh." Jawab gue dengan kembali mengingat liburan Nyokap 5 tahun lalu ke Nagoya.

"Ohhhh, berarti jauh dong pacar kamu. Jadi kamu LDR-an ?" Tanya Nyokap penasaran.

"Iya."

"LDR itu susah loh." Kata Nyokap. Kata-kata ini yang membuat gue sedikit lesu.

"Emang susah." Jawab gue.

"Emangnya kamu kapan mau ketemu dia ?"

"Nanti, entah kapan. Mungkin bulan depan. Liat kondisi dulu."

"Yaudah, kalau kamu emang udah cinta sama dia yaudah ketemu! Ketemu adalah satu-satunya jalan agar hubungan LDR setidaknya membaik." Jelas Nyokap, entah kenapa disaat seperti ini, perkataan Nyokap lebih formal dari biasanya.

"Iya. Nanti bulan depan deh." Kata gue.

"Nah gitu dong! Yaudah kamu tidur dulu ajah." Kata Nyokap.

Gue hanya mengangguk. Kepala gue udah gak pusing, tapi badan gue masih sedikit lemes.

=======

Gu pun terbangun dari tidur dan jam sudah menunjukan pukul 5 sore, Nyokap lagi duduk di Sofa sambil baca majalah, untung bukan Manga mesum Bene yang dibaca.

"Eh udah bangun kamu, tadi dokter bilang kalau kamu besok udah boleh pulang." Kata Nyokap.

"Oh gitu, yaudah deh." Kata gue.

"Yaudah, Mama beres-beres dulu kamu istirahat ajah dulu." Kata Nyokap. Gue mengangguk.

Setelah itu, gue langsung mengambil HP dan mengecek apakah Yuvi udah ngebalas SMS gue apa belum. Ternyata belum, gue sedikit bingung kenapa Yuvi belum ngebalas SMS gue, apa mungkin dia lagi marah sama gue (lagi) ? Gak tau. Disaat seperti ini gue bisa menyalahkan diri sendiri dan berpikir kenapa gak ngasih tau dari awal kalau gue sakit. Shania bener, tapi gue menunda-nunda. Gue pun langsung nge-SMS si Valdy..

"Eh lu dimana ? Kesini dong gue mau ngomong sesuatu." Ketik gue dengan cepat.

"Oke gue kesana." Balas Valdy singkat.

Gue pun langsung meminta remot TV ke Nyokap dan langsung nonton berita. Berita cuaca yang menayangkan bahwa besok diprediksi cerah, entah itu cerah karena memang besok beneran cerah atau cerah untuk menyambut gue pulang dari Rumah Sakit. Pengertian sekali peramalnya sama gue.

Udah setengah jam gue menonton berita akhirnya Valdy pun datang.

"Eh ada Valdy. Besok Daffa boleh pulang kata dokter." Kata Nyokap.

"Oh baguslah tante, aku liat ini Daffa gelisah banget disini. Yaudah besok aku jemput." Kata Valdy sambil mengampiri gue. "Lu mau ngomong apaan ?"

"Gue daritadi nge-SMS Yuvi tapi gak dibales-bales. Kenapa ya ?" Gue memulai curhat.

"Ah mungkin Handphone lowbatt kali." Kata Valdy. Sama seperti perkataan gue sebelumnya. "Coba lu telepon coba."

"Oke." Gue pun langsung memencet nomor Yuvi yang udah gue hafalin di luar kepala.

Ternyata handphonenya masih belum aktif.

"Masih gak aktif." Kata gue ke Valdy.

"Ah jangan negthink dulu, mungkin Handphone-nya hilang kali." Kata Valdy. Gue hanya mengangguk, mungkin Handphone Yuvi hilang adalah pikiran yang masuk akal kenapa gak aktif.

Valdy pun ngobrol sama Nyokap sementara gue lanjut nonton berita, kali ini berita olahraga yang gue tonton. Di Jepang jarang terjadi kriminalitas sehingga acara berita menjadi acara yang berkualitas. Beda sama Indonesia, topik utamanya ajah udah kriminalitas, korupsi, dan lain-lain.

Besoknya gue pun pulang dengan keadaan masih sedikit lemas. Gue dijemput Valdy sementara Bene gak ikut, gue tau visi misi Valdy gak ngajak Bene karena takut dia nanti memakan tempat.

"Eh kok temen kamu gak diajak si Bene itu ?" Tanya Nyokap ke Valdy.

"Dia lagi jalan-jalan sama temen, tante." Jawab Valdy kalem.

"Siapa Dy ?" Tanya gue.

"Shania." Jawab Valdy.

"HAH! Buset selera Shania emang ajib dah. Suka banget sama muka yg kaya begitu." Kata gue terkejut. Kesetrum.

"Ah Daf, muka kamu gak beda jauh sama Bene kok." Kata Nyokap menyindir muka gue.

"Engga tante, Daffa ganteng kok. Pacarnya juga cantik." Kata Valdy seperti mencibir gue.

"Iya, tapi tante belum liat. Mau liat dia sih cantiknya gimana." Kata Nyokap.

"Yaudah deh nanti aku ajak ke rumah." Kata gue.

Sesampainya di Rusun, gue langsung ngidupin Laptop buat online. Gue rencananya mau ngirim via email ajah ke Yuvi kalau gue lagi sakit, gue masih belum percaya sepenuhnya kata Valdy kalau HP-nya Yuvi hilang. Ternyata banyak Inbox yg belum gue buka, isinya ada 105 dan pas gue buka ternyata itu dari temen-temen gue semua.

Isinya itu ada dari temen SMA gue dulu bahkan ada Temen SMP gue yg bilang "GWS" ke gue. Mungkin Valdy ngasih tau ke semua temen gue. Gue sih terharu bacanya, tapi ada isi Email yg bikin gue manggut-manggut yaitu dari temen gue, Farrel.

"Eh Daf lu di rumah sakit ya kata Valdy ? Haha, kenapa gak sekalian mati ajah lu ?

Engga gue bercanda tadi. Btw, GWS ya! Terus kenalin pacar lo sama gue biar gue bisa ngerebut dia  dari lo #peace, oke GWS deh."

Dan dari pesan tadi gue menyimpulkan, Bahwa Farrel masih Jomblo. Mampus.

Gue langsung nge-email Yuvi dan setelah itu gue langsung Tidur karena gue capek, sementara Nyokap lagi beres-beres.

"Kata Dokter harus banyak istirahat, kamu tidur ajah dulu. Mama masak dulu." Kata Nyokap.

"Iya siap!" Gue Mengiyakan lalu tertidur.

Bangun-bangun, gue mencium bau makanan yang sangat menyengat, mungkin Nyokap masak yang aneh-aneh lagi. Gue pun mencoba sekali lagi menelepon Yuvi, tapi sayang masih gak aktif juga Handphonenya. Gue jadi ngerasa perasaan gue jadi gak enak. Takut Yuvi kenapa-napa, atau diapa-apain orang.

Nyokap sendiri pulang Lusa nanti. Valdy juga diminta nganterin Nyokap buat belanja oleh-oleh. Sementara gue harus istirahat lagi selama seminggu biar badan gue kembali normal. Selama sakit tipes, Letak tangan gue tertukar sama perut, semetara kaki gue tukeran posisi sama kepala. Kacau.

====

Setelah seminggu gue mendekam di rusun, gue akhirnya bisa Kuliah lagi. Gue disambut dengan berbagai lemparan makanan dan minuman, mungkin karena mereka masih pada jomblo.

"Eh Daf akhirnya kuliah juga lu, gimana disuntik ? gak sakit kan ?" Kata Andre, teman Indonesia gue.

"Gue lebih sakit liat muka lu ndre, haha." Kata gue sewot.

"Anjir koplak lu, yo ah ke Kantin dulu." Ajak Andre. Gue melihat Shania lagi mengobrol sama temen-temennya, Shania hanya tersenyum melihat gue.

Bene pun jadi semakin gila semenjak jalan sama Shania. Dia jadi hiperaktif, kaya setan yg dilepas dari neraka, tapi biar pun begitu Bene juga makhluk hidup yang dilindungi pemerintah. Valdy sama Ayana juga udah pulang ke negara masing-masing, mereka pulang sehari setelah Nyokap pulang.

Sepulang dari kuliah, gue langsung meminta Bene buat nganterin ke Travel Agent.

"Gue mau ke Osaka dua minggu lagi." Kata gue ke Bene.

"Oke."

Sepulangnya, gue langsung nelepon Yuvi lagi dan lagi-lagi Handphonenya gak aktif. Gue gak tau Yuvi kenapa, gue udah tanya sana-sini mereka bilang gak tau. Gue pun meriksa email lagi dan belum dibalas juga. Gue harus nunggu 2 minggu lagi buat ke Osaka.

Gue pun langsung pergi buat minjem DVD baru, ya sekedar buat ngisi waktu yang hampa ini. Gue minjem DVD dorama sama film Blockbuster Hollywood. Gue pun sempet ngajak Bene nonton, tapi dia mau ngumpul sama Tim Wotageinya.

"Gue Wotagei dulu, udah lama gak wotagei." Kata Bene dengan tampangnya yg berdosa.

Akhirnya gue menonton 2 DVD tersebut hanya ditemani cemilan yang Nyokap bawa dari Indonesia. Gue gak fokus nonton, gue terus memikirkan keadaan Yuvi yang gak jelas. Akhirnya gue langsung mematikan TV dan berendam. Berendam adalah cara efektif gue untuk menenangkan diri. Menenangkan diri dari pikiran negatif gue selama ini.

=====

"Eh Daf, salam buat Yuvi ya." Kata Shania sambil tersenyum.

"Iya, iya. Makasih ya udah ngaterin aku Shan." Kata gue.

"Iya sama-sama."

"Ben, gue cabut dulu ya. Awas lu jangan banyak makan, nanti Shania makin gak suka sama lu." Kata gue ke Bene. Shania sama Bene nganterin gue ke Airport naik Mobil pinjaman tetangga, mungkin mereka berdua sehabis nganter gue mau jalan-jalan. Entahlah.

"Hahahaha." Shania tertawa.

"Okee bye!" Kata gue ke mereka berdua. Gue melangkah dengan semangat dan riang karena sudah lama tidak bertemu Yuvi. Semoga Yuvi gak kenapa-napa.

Sesampainya di Osaka, gue langsung ke apartemet buat nyimpen tas Ransel gue dan cuci muka lalu langsung ke rumah Yuvi. Untungnya gue gak Jet Lag dan bisa langsung ke rumah Yuvi.  Gue langsung memakai Jaket hitam kesayangan gue dan resletingnya gue tutup rapat-rapat.

Jalanan di Osaka masih belum berubah, serasa baru kemarin gue ninggalin kota ini. Banyak orang lalu lalang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, kota ini semakin ramai setiap tahunnya.

Gue pun akhirnya sampai di rumah Yuvi, rumahnya terlihat bersih dan rapih tapi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. Sepi. Gue pun memencet bel rumahnya. Tidak ada respon.

"Yuv..Ini aku Daffa." Kata gue sambil memencet belnya sekali lagi. Tidak ada yang membuka pintu. Gue pun duduk dilantai rumahnya, merenungkan kemana Yuvi selama ini. Seketika angin sepoi-sepoi mengingatkan kembali kenangan demi kenangan bersama Yuvi. Dari pertama kali jalan-jalan sampai pada saat berantem. Gue mengenang moment-moment tersebut seperti film pendek yang romantis, tapi akhirnya sadis.

Gue langsung bangun dan memutuskan buat jalan-jalan ke Dotonbori, sebuah jalan yang dipenuhi kedai dan restoran makanan, disitu ada sebuah jembatan dan gambar kepiting besar yang sangat terkenal. Gue melihat ada satu keluarga bercengkrama satu sama lain sambil tertawa, ada pula seorang kakek yang makan Ramen di kedai langganan gue.

"Daffa-kun! Sudah lama tak melihatmu, Mau makan ?" Tanya Yamato, pemilik kedai tersebut.

"Oh tidak, saya sudah makan." Jawab gue sambil tersenyum. Dia pun membalasnya dengan tersenyum.

Gue pun melanjutkan jalan dan berhenti diujung jalan ketika ada suara yang memanggil dari belakang.

"Daffa!" Kata seorang cewek yang gue kenal suaranya. Yuvi. Terdengar langkah cepat seperti berlari. gue membalikan badan dan benar itu Yuvi. Yuvi langsung memeluk gue dengan erat. Gue memeluknya balik.

"Daf akhirnya kamu kesini juga." Kata Yuvi. Gue membalasnya dengan mengelus-ngelus rambutnya.

"Iya, kamu lagi ngapain disini ?" Tanya gue bingung kenapa bisa bertemu Yuvi disini.

Yuvi melepaskan pelukannya. "Lagi jalan-jalan ajah, sendirian. Gak ada kamu."

"Yaudah sekarang ada aku, mau kemana sayang ?" Tanya gue.

"Makan. Hehehe." Jawab Yuvi. Gue menggengam tangannya dan langsung jalan menuju Kafe yang di dekat Osaka University.

"Kamu mau makan apa ?" Tanya gue setelah duduk di Kafe.

"Ramen ajah deh." Kata Yuvi.

"Okeee." Gue langsung memesan 2 Ramen dan 2 Green tea.

"Eh Sayang, kenapa sih pas aku mau nelepon kamu, pasti Handphone kamu gak aktif ?" Tanya gue ke Yuvi yang sedang membaca buku menu makanan.

"Bukannya aku gak mau ditelepon kamu, Handphone aku hilang waktu jalan-jalan sama Kakakku di Namba Parks." Jelas Yuvi. Bener kata Valdy, ternyata Handphone Yuvi hilang.

"Oh gitu, sebulan yang lalu aku sakit tipes loh Sayang." Kata gue mencoba jujur.

"Hah ? kok kamu gak bilang-bilang ke aku sih ?" Yuvi kaget.

"Waktu itu aku mau ngasih tau kamu, cuman Handphone kamu non-aktif terus." Kata gue sambil tersenyum, mencoba untuk meredam emosi Yuvi.

"Kalau gitu maafin aku ya sayang, aku gak tau kalau kamu sakit. Aku yang salah soalnya ceroboh ngehilangin Handphone sendiri." Kata Yuvi sambil sambil memegang tangan gue.

"Gak ada yang salah kok. Handphone boleh hilang, tapi kamu jangan hilang ya." Kata gue sambil tersenyum.

"Ih gombal deh, iya deh iya aku janji gak bakal hilang. Hahaha." Yuvi tertawa kecil, sementara gue hanya tersenyum.

Gue pun menghabiskan hari itu hanya bersama Yuvi, melepas rasa Rindu itu perlu. "Ma, aku udah nepatin janji ya." Kata gue dalam hati.

=====================

"Eh Ben, udah musim dingin ajah ya." Kata gue ke Bene yang lagi duduk milih-milih DVD punya gue.

"Iya, ini musim dingin pertama gue di Jepang. Gue udah latihan lari telanjang di gunung Jayawijaya biar kuat nahan dingin disini." Kata Bene.

"Tolol lu." Kata gue sewot.

"Ah yang penting libur daf. di Hokkaido pas musim dingin liburnya lebih panjang dari prefektur lainnya." Jelas Bene.

"Gue udah tau, lagian ini baru juga awal. Masih 5 derajat celcius, mungin besok udah -5 derajat." Kata gue.

"Ah gue bingung deh, mungkin musim dingin sekarang gue deh yang sakit." Bene pun ketakutan.

"Ah jaga omongan lu, gausah bilang sakit. Hadapin ajah, lagian musim dingin disini lebih brutal." Jelas gue dengan panjang lebar.

"Ah kampret. Daf gue tidur disini ya. Mau nonton film, di kamar gue mana ada DVD player." Kata Bene.

"Oke, asal pas tidur lu jangan ngegrepe gue ya." Kata gue ke Bene.

"Gue gak Homo!" Tegas Bene.

Gue pun di liburan musim dingin ini gak tau mau kemana. Mau ke Niseko main ski cuma takut Bene-nya gak mau. Mau jalan-jalan cuma males. Mau nelepon Yuvi juga ya Yuvi-nya belum punya Handphone. Mungkin liburan musim dingin ini adalah yang terburuk.

===========

Sudah 2 bulan lamanya musim dingin ini terjadi. Kerjaan gue gak lain dan gak bukan ya main sama Bene. Sebenarnya, Bene ini orang Banjarmasin yang kesasar kesini gara-gara Valdy. Waktu Bene lagi main game tiba-tiba Valdy ngechat "Ada yang mau kuliah di Jepang ?".

Bene pun tertarik lalu chat panjang-lebar sama Valdy sampai akhirnya Bene berkata "Gue udah lama mau kuliah di luar negeri dan mungkin ke Jepang pilihan yang baik.". Gue tau Valdy mengajak orang yang salah, tapi mungkin Bene lah orang yang saat ini gue butuhkan, Bene udah seperti pacar ke dua gue. Selalu mengerti keadaan gue gimana.

Gue pun saat ini lagi main Call of Duty di Laptop disaat suasana sepi ini. Bene lagi pergi gak tau kemana, dia bilang sih mau buru-buru, padahal salju diluar masih menunjukan kebrutalannya.

Setelah 2 jam main COD, gue langsung boker karena disaat main gue nahan boker. Disaat lagi enak-enaknya boker tiba-tiba ada yang memencet bel. Gue pun kesal dan segera menyelesaikan tugas suci tersebut.

Setelah gue menyelesaikan tugas suci tersebut dengan cepat, gue langsung membuka pintu. dan ternyata itu....

"Yuvi!!!" Gue langsung memeluk dia. Gue pun bingung kenapa ada Yuvi, gue pun merasa ini seperti mimpi, Lebay. "Aku udah kangen sama kamu."

"Iya aku juga udah kangen sama kamu, Sayang." Kata Yuvi. Ternyata ada Bene dibelakangnya, Bene pun mengisyaratkan balik dulu ke kamarnya, mungkin dia gak mau ngeliat orang pelukan.

"Yaudah masuk yuk." Kata gue sambil nenteng kopernya Yuvi. Yuvi pun langsung duduk di Sofa, sementara gue cuci tangan dulu.

"Eh Yuv, kok kamu kesini, harusnya kan aku yang ke Osaka." Kata gue lalu duduk disebelah Yuvi.

"Lagian aku juga gak ada waktu, ya aku kesini deh. Soalnya udah kangen sama kamu, Sayang." Ujar Yuvi.

"Kamu kesini naik apa ?" Tanya gue ke Yuvi.

"Pesawat, terus dijemput sama temen kamu siapa tuh namanya ? hmm..." Kata Yuvi bingung.

"Bene."

"Iya iya Bene, dia katanya disuruh Shania ngejemput aku di Bandara. Dia juga nulis di kertas nama aku gede-gede "CINDY YUVIA" gitu." Jelas Yuvi. Disaat Yuvi bercerita, pasti gue selalu ingin sekali mendengarnya. Walau sering gak nyambung, tapi suara lembutnya itu yang membuat gue kangen.

"Sayang, kok kamu ngelamun ? Hey!" Kata Yuvi sambil menepuk gue.

"Eh iya-iya. Abisnya aku udah kangen banget sama kamu, denger kamu cerita ajah aku udah seneng." Kata Gue. Yuvi langsung menyenderkan kepalanya di bahu gue.

"Iya, aku juga kangen sama kamu. Serius, waktu aku denger kamu mau pindah ke Sapporo aku sempet galau. Tapi aku tau, ini demi kebaikan kamu juga dan kebaikan aku juga." Kata Yuvi.

"Iya sih, aku emang mau kuliah di Jepang. Tapi Papa aku yang maunya aku disini, kalau gak diturutin nanti aku gak bisa kuliah di Jepang. Lagian kan aku suka banget sama belajar, tapi kadang males juga sih kalau belajar terus." Jelas gue.

"Hahaha, lucu ya kamu. Suka banget kamu sama belajar, sementara aku susah banget buat belajar." Kata Yuvi.

"Ih dasar pemalas." Kata gue sambil mencubit pipinya.

"Kamu main cubit-cubit ajah deh. Aku gigit baru tau kamu." Kata Yuvi sambil tersenyum.

"Iya deh, mending aku digigit kamu." Kata gue.

"Hahaha. Eh Sayang aku capek nih." Kata Yuvi sambil mengangkat kepalanya dari bahu gue.

"Yaudah sini tiduran di paha aku." Kata gue yang langsung mengabil Bantal Sofa.

"Gak ah, aku mending tidur di hati kamu." Ujar Yuvi.

"Jago ngegombal juga kamu. Yaudah cepet tiduran sini." Kata gue. Yuvi hanya terdiam, menatap terus mata gue dengan tatapan bahagia.  Gue pun membalasnya dengan tatapan yang sama.

"Kamu jangan hilang ya kaya Handphone aku. Jangan hilang ya. Sayang." Kata Yuvi sambil mendekatkan jarak duduknya dengan gue. Kami saling berhadap-hadapan. Yuvi memegang erat tangan gue.

"Iya, aku janji gak bakal hilang, kamu juga jangan hilang ya. Sayang." Kata gue dengan tulus.

Yuvi hanya tersenyum.

We kissed.

================

"Eh udah bangun kamu. Nih aku buatin Sushi." Kata gue setelah melihat Yuvi bangun. Gue belajar buat Sushi dari si Valdy. Semoga enak, terakhir kali yang makan Sushi gue sih ya Bene, dia bilang rasanya lebih enak dari tai kucing.

"Makasih ya sayang." Kata Yuvi. Yuvi langsung menghampiri dan memakan Sushi tersebut. "Enak daf enak. Aku gak bohong."

"Oh yaudah deh, nanti kapan-kapan aku masakin lagi. Mau ke Asahikawa gak Sayang ?" Tanya gue.

"Ada apa emangnya disana ?" Tanya yuvi heran.

"Ada festival gitu, di Taman Tokiwa. Ya gak beda jauh sama festival disini. Tapi aku pengen liat yang disana." Jelas gue.

"Yaudah boleh deh, kapan mau kesana ?" Tanya Yuvi lagi.

"Besok."

"Oke deh." Kata Yuvi sambil tersenyum.

Besok siang kita berdua udah ada di Stasiun Sapporo. Kita berdua naik Kereta api listrik, naik kereta dari Sapporo ke Asahikawa memakan waktu 80 menit. Diperjalanan, gue hanya mendengarkan celotehan Yuvi yang cerita terus dari awal hingga akhir perjalanan. Gue seneng denger Yuvi cerita karena kalau dia cerita suka gak nyambung dan itu yang ngebuat gue kangen sama dia.

Sesampainya di Asahikawa, gue sama Yuvi mampir dulu ke rumah temen gue disini. Temen gue ini namanya Indra yang gue kenal dari Bene. Indra tinggal di Asahikawa bersama orang tuanya, katanya dia juga lahirnya di Tanah Kalimantan sama Bene, tepatnya di Pontianak. Jadi masih ada logat melayunya.

"Eh Daf, lu mau ke Taman Tokiwa kan ?" Tanya Indra.

"Iya, lu mau ikut ?" Tanya gue lagi.

"Yaudah deh, lagian di rumah gue cuma ada Nyokap sama Bokap. Adik gue lagi di Indonesia, liburan." Kata Indra.

"Yaudah deh ayo. Tapi nanti malam ajah ya." Kata gue. Indra mengiyakan.

Matahari pun tenggelam, kami bertiga pun jalan menuju Taman Tokiwa, ternyata disini ramai sekali anak-anak yang main salju. Gue yakin kalau Bene kesini mungkin dia udah bergabung untuk bermain sama anak-anak itu.

"Eh Daf, gue kesana dulu ya. nanti ketemuan disini lagi ya, gue mau ketemu sama pacar gue dulu, nanti gue telepon deh." Kata Indra.

"Oh oke, hati-hati ya." Kata gue.

"Harusnya gue yang bilang hati-hati." Kata Indra. Dia langsung jalan.

"Oh dia juga punya pacar daf ?" Tanya Yuvi sambil mengangkat kedua alisnya.

"Iya, aku juga kurang tau." Jawab gue.

Kita berdua pun berkeliling Taman Tokiwa, disini banyak banget patung dari salju yang dihias lampu. Kami pun berjalan ke sungai yang membeku akibat suhu yang sangat dingin.

"Kok bisa beku sih sayang ?" Tanya Yuvi.

"Iya, suhunya disini dingin. Air sungai juga bisa jadi beku." Jelas gue.

"Oh gitu, tapi cinta aku ke kamu gak akan beku kaya air sungai itu deh." Gombal Yuvi. Entah kenapa Yuvi jadi jago ngegombal gini, sumpah gue gak pernah ngajarin dia ngegombal.

"Kok bisa gitu sih ?" Tanya gue penasaran.

"Menurut aku, Air itu abadi. Kamu tau kan daur ulang air ? Yang dari laut, ke awan, terus hujan. Nah seperti itu. Tapi jika air tersebut beku, ada kemungkinan dia bisa kembali menjadi air, tapi kalau selamanya beku ?  I don't know." Jelas Yuvi.

"Kamu ngomong apaan barusan sayang ?" Tanya gue bercanda.

"Ih kamu gak dengerin aku ngomong deh. Cinta itu seperti air!" Tegas Yuvi.

"Oh iya-iya. Tapi menurut aku cinta jangan seperti kembang api. Cukuplah cinta seperti air yang tadi kamu bilang." Kata gue.

"Kenapa ?" Tanya Yuvi.

"Kembang api itu cuma indah sesaat, setelah itu ? udara pun tercemar. Cinta jangan indah diawal, tapi harus indah pada akhirnya." Jelas Gue. Yuvi hanya tersenyum.

Kita berdua melanjutkan jalan-jalan ke panggung yang besar untuk menikmati kembang api dan permainan laser.

"Jarak emang adalah masalah utama jika menjalani hubungan jarak jauh atau LDR. Jarak itu resiko utamanya dan rindu adalah efek sampingnya. Rindu tersebut akan ada terus seiring kita menjalankan LDR tadi. Menahan rindu itu menyakitkan, tapi adakalanya harus dijalani dengan sepenuh hati. Jika ingin rindu itu sembuh total ? ya berhenti untuk menjalankan LDR, jika ingin mengobatinya ? Ya "saling bertemu" lah obatnya. Jika tak mampu untuk bertemu dan hanya bisa lewat telepon ? Gue yakin hubungan itu gak bakal bertahan lama." Gue kembali mengingat isi email Valdy yang dikirim 6 bulan yang lalu.

"Sayang, mau jalan-jalan lagi ?" Tanya gue ke Yuvi.

"Mau, asal sama kamu." Kata Yuvi.

"Oke, besok kita ke Hakodate ya ?" Ajak Gue.

"Oke!" Yuvi mengiyakan.

Gue pun akhirnya bisa mengobati rasa rindu ini dengan cara yang benar, bukan hanya sekedar SMS dan Telepon yang hanya bisa mengobati rasa rindu sesaat. Gue ingin sekali rasa rindu ini tidak ada lagi untuk selama-lamanya, tapi ya mau bagaimana lagi, gue 1,5 tahun lagi kuliah di Hokkaido University.

Pasti rasa rindu itu akan ada lagi, tapi gue sekarang tau cara untuk mengobatinya.

Gue merangkul Yuvi sambil melihat kembang api yang sangat indah dan besar.

"I Love you." Bisik gue ke telinga Yuvi.

-----

TAMAT BRO TAMAT!

Created by @JerukPontianak (Inspired by Gayung WC dan Nastar isi Keju)

3 comments: