Pages

Standupwrongway Fanfict JKT48 : Scholarship Love (Final Part)

Thursday 29 May 2014
"Ayooooooo." Balas Yuvi panjang
"Okee aku tunggu ya nanti di cafe biasa :)" Gue membalas dengan imut dan unyu.

Tidak ada balasan lagi.

"Ah, mungkin dia ngantuk." Gerutu gue mencoba berfikir positif. Gue gak bisa memejamkan mata setelah membaca SMS tadi, gue takut dia marah sama gue.

Sudah jam 12 dan gue masih juga belum bisa memejamkan mata. Padahal biasanya jam segini gue udah di lantai dengan posisi tengkurep, ya gue tau dari Ruly kalau gue udah di lantai ajah jam 12 malam. Tiba-tiba Valdy bangun.



"Eh, daf belum tidur ? biasanya lu udah dilantai jam segini." Kata Valdy sambil menguap.

"Iya belum, gue gak bisa tidur." Jawab gue sambil menggeliat.

"Kenapa lu daf ?" Tanya Valdy sambil menggampar Ruly agar bangun.

"Ah biasa mikirin besok, gue rencana mau nembak Yuvi." Jawab gue, gue terkejut sendiri dengan jawaban itu.

"Eh kampret sakit monyet!" Kata Ruly kesal. sambil melangkahkan kaki ke kamar mandi. "Sebelum nonton bola gue boker dulu ya."

"Hah terus lu mau langsung nembak si Yuvi ?" Tanya Valdy penasaran.

"Iya lah. Gue udah siap kok." Jawab gue santai, padahal gugup.

"Sumpah keputusan lu bagaikan tokai si Ruly di blender.............."

"Preeeett... Preeeeettt..." Suara kentut yang terdengar dari kamar mandi memotong pembicaraan Valdy.

"KALAU KENTUT DI SILENT NYET!" Teriak Valdy kesal karena Ruly berulah.

"Sorry gue keenakan." Jawab Ruly.

"Ah nyet, yaudah kalau itu keputusan lu, gue gak bisa ngelarang." Kata Valdy sambil menghidupkan TV.

"Yaudah gue nonton bola dulu, Eh Rul udah mulai bolanya lu malah keasikan boker."

"Iyee Iyee..."

"Yaudah gue tidur dulu, gue ngantuk berat." Gue langsung merebahkan diri ke kasur untuk tidur, sementara Ruly sudah keluar dari kamar mandi ditemani aroma yang bisa memusnahkan 1 juta koloni semut alay.

Kriinggg... Kringggg

Gue terbangun seperti biasa jam 5 dan melihat Valdy sedang memasak sedangkan Ruly beres-beres. Tumben mereka begadang biasanya pas abis nonton bola molor lagi.

"Eh daf udah bangun lu, gue mau pulang dulu ke Indonesia soalnya minggu depan libur 2 minggu. Masa lu gak tau sih ada liburan ?" Seru Ruly.

"Kenapa gak liburan disini lu ? Beby gimana ?" Tanya gue heran.

"Dia juga ikut. Gue mau ke Indonesia ajah ketemu keluarga, gak lama kok cuma seminggu." Jelas Ruly.

"Kalau lu Dy ?" Tanya gue kepada Valdy, berharap dia gak ikut biar gue ada teman disini.

"Gue mau ke Amerika ketemu Ajen, Lu mau ikut ?" Jawab Valdy sambil memasukan saos padang ke dalam masakannya. Ini yang membuat gue bingung ketika 2 temen gue akan pergi liburan sementara gue ngenes sendiri disini gak ada rencana apa-apa.

"Gak deh, gue disini ajah." Gue lebih baik gak pergi karena gue ada rencana spesial, rencana yang membuat semalam gak bisa tidur. Great.

"Oh iya gue lupa, lu mau nembak Yuvi kan sekarang ?" Tanya Ruly.

"Hahahaha, iya hari ini di Istana Osaka." Seru gue.

"Masih ada temen lu berarti, gue yakin Yuvi bakal nerima lu Daf." Kata Valdy yang membuat gue semakin optimis.,

"Hahaha yaudah gue Shalat dulu." Gue bergegas mengambil air Wudhu.

Sehabis Shalat gue langsung makan masakan si Valdy yaitu Kerapu Saos Padang. Gue begitu menikmati makanan tersebut karena rasanya enak dan menghabiskan 2 piring nasi. Valdy keheranan melihat ada jomblo yang makannya begitu rakus.

"Pelan-pelan ajah Daf." Seru Valdy. Gue tidak menghiraukan himbauan si Valdy dan terus makan. Gue nambah lagi 2 piring nasi.

Akhirnya, Gue berhasil menghabiskan 4 piring nasi dan ikannya sisa tulang belulang. Gue mau minta dimasakin Kerapu lagi cuma gue takut nanti Valdy nge-geplak kepala gue make katel. Gue langsung duduk di kasur.

"Eh, gue besok berangkat jam 10." Tanya Ruly sambil duduk disebelah gue. "Lu berdua mau nganter gue gak ?"

"Gak deh rul, kan ada Beby." Valdy menolak seraya menggeleng. "Takutnya ngeganggu."

"Gak bakal deh. Udah lu anter gue ya besok." Seru Ruly seperti minta diantar.

"Yasudah tuanku yang tampan nan homo." Kata Valdy.

"Goblok lu." Ruly kesal sambil melempar bantal ke si Valdy.

"Gue ikut nganter lu deh rul, bete kalau gue disini mulu." Kata gue.

"Gak bakalan bete lu besok! Kan ada Yuvi." Seru Valdy seraya melempar balik bantal yang dilempar Ruly tadi. "Pasti lu diterima kok."

"Hahahaha, bisa ajah lu Dy." Kata gue.

Gue seperti dapat pencerahan di sumur yang sangat dalam. Gue semakin optimis buat dapetin dia, namun gue juga takut dia gak nerima gue.

Jarum jam menunjukan pukul setengah 10 dan gue langsung ngesms si Yuvi.

"Eh Yuv, mau ke istana osaka gak ?" Ajak gue.
"Mau ajah sih, cuman aku maunya ke Namba Parks." Balas Yuvi.
"Yaudah ke Namba Parks ajah, ketemuan di cafe biasa ya."
"Ya."

Kenapa jawabnya cuma "Ya" ? Kenapa dia secuek itu sama gue ? Apa dia marah sama gue ? Aduh anggapan itu bercampur aduk di pikiran gue.

Gue akhirnya sampai di cafe dan ternyata Yuvi belum datang. Biasanya dia duluan yang datang tapi gak apa-apa lah gue tunggu ajah.

Setelah gue nunggu 5 menit akhirnya dia datang.

"Eh maaf Daf aku kelamaan. Maaf ya." Kata Yuvi.

"Iya gak apa-apa kok." Ajak gue.

"Eh ayo daf jalan." Dia mengajak gue langsung jalan, padahal gue pengen basa-basi dulu.

"Yaudah ayoookkkk." Seru gue.

Gue berusaha untuk jaga jarak dengan dia saat berjalan. Namun nyatanya gue seperti dipepetin terus sama dia dan gue kembali gak berani buat pegangan tangan, padahal waktu itu berani-berani ajah. Di sepanjang jalan, kita ngobrol ngalor ngidul.

Gue sendiri lebih memilih jalan kaki daripada naik transportasi umum. Kenapa ? karena letak apartemen gue deket sama tempat-tempat hiburan tapi sayang gak ada Gang dolly yang bisa ngalahin kota besar di Indonesia deh!

Namba Parks sendiri dulunya dibangun diatas lapangan baseball tua, kontruksinya pada tahun 2003 oleh Jorde Partnership. Namba Parks sendiri mempunyai 8 tingkat taman atap yang meliputi beberapa blok kota dan kebun fitur pohon, kelompok bebatuan, tebing, ngarai, rumput, sungai, air terjun kolam dan ruang untuk menumbuhkan sayuran! Keren.

"Eh Yuv, kamu mau minum gak ?" Gue nawarin minum sesampainya di Namba Parks.

"Yaudah deh aku mau." Jawab Yuvi sambil tersenyum.

Gue akhirnya membelikan dia minum dan kita jalan-jalan keliling Namba Parks. Kami sempat melihat dua anak kecil berantem memperebutkan es krim, gue seperti melihat anak kecil itu adalah Ruly dan Valdy. Kita juga sempat melihat ada dua pasangan yang berantem.

"Mereka kok berantem sih ? padahal kata aku mereka berdua cocok loh." Kata Yuvi.

"Iya sih, tapi di dalam setiap percintaan pasti ada perselisihan. Namun itu juga bisa reda seiring keduanya sadar kesalahan masing-masing dan saling memaafkan." Jawab gue dengan tampang cool, padahal masih sama kaya tembok rengginang.

"Tapi ada gak percintaan tanpa perselisihan ?" Tanya Yuvi.

"Mungkin ada, tapi sedikit." Jawab gue sambil duduk. "Kebanyakan yang aku lihat sih ada perselisihan. Bisa saja dari si cewe yang punya masalah tapi gak cerita sama si cowo, sehingga si cowo makin penasaran namun si cewe ngotot gak ngasih tau dan akhirnya. Berantem."

"Berarti setiap pasangan harusya jangan menutup-nutupi masalah dong ?" Tanya Yuvi

"Dalam keluarga pun kita juga di tuntut untuk tidak menutup-tupi masalah Yuv, makanya kita harus terbuka." Jawab gue sambil memikirkan kenapa Yuvi nanya yang beginian. "Terbuka bukan berarti kita harus telanjang tanpa busana setiap hari, tapi kita harus mengeluarkan isi hati kita kepada orang yang terdekat buat nyari solusi masalah tersebut. Aku ajah suka curhat sama Valdy dan Ruly."

"Hahahahaha, ngapain telanjang segala sih. Hahaha." Yuvi tertawa terbahak-bahak. "Jangan-jangan kamu suka sama Valdy dan Ruly ya ? kok sering curhat ke mereka."

"Apaan sih. Aku bukan homo tau." Kata gue.

"Aku sebenarnya juga gak punya teman curhat." Kata Yuvi sambil menundukan kepala. "Padahal teman aku itu banyak. Ayana, Shania, Beby dan masih ada lagi., tapi aku malu ngomong. Aku....."

"Malu apa takut." Tanya gue memotong pembicaraan Yuvi.

"Bercampur aduk, antara malu dan takut. Malu nanti diomong-omongin lah, takut diumbar-umbar lah. Aku juga nyari sendiri solusi permasalahan itu tapi susahnya minta ampun, ada sih niat buat cerita ke mereka bertiga tapi rasa malu dan takut itu masih menghantui aku." Seru Yuvi.

"Hah suka ada yang ngehantui kamu ?" Canda gue.

"Ih aku seriusan tau!" Jawab Yuvi. "Ada saatnya aku cerita ketika lagi ngumpul di ruang tengah, aku udah mau buka mulut tapi rasa takut dan malu masih ajah ada. Tapi aku pernah curhat kok sekali sama Ayana."

Ah perkataan "Aku pernah curhat sekali sama Ayana." Membuat ingatan gue kembali saat Valdy dan Ayana memberi tahu bahwa Yuvi suka sama gue, tapi disaat itu gue masih belum percaya.

"Ada obatnya kok." Kata gue. Gue saat ini merasa seperti Ayana yang ngomong waktu itu di cafe.

"Hah obatnya ? apa tuh obatnya." Tanya Yuvi.

"Ya obatnya tadi, temen curhat." Jawab gue, sekarang gue semakin optimis buat nembak dia.

"Eh daf, daf kamu tuh orangnya pikirannya luas ya, tau apa penyelesaian masalah ini itu." Kata Yuvi sambil tersenyum.

"Masa sih ?" Tanya gue penasaran kenepaa dia ngomong gitu. Sebenarnya pemikiran gue tuh gak luas, cuma seluas jamban. Kalau yang tau penyelesaian masalah ini itu Valdy juaranya, kalau yang suka bikin masalah itu Ruly juaranya.

"Iya daf beneran, eh daf aku mau nanya deh." Kata Yuvi.

"Nanya apa ?"

"Memang sebenarnya setiap manusia butuh teman curhat gak sih ?" Tanya Yuvi, pertanyaan ini lah yang akan gue konversikan menjadi gol, eh maksudnya menjadi patokan buat gue nembak Yuvi.

"Gak juga, tapi setiap Manusia akan butuh dengan sendirinya." Jawab gue sambil melihat wajahnya, dia pun melihat gue balik. "Aku siap jadi temen curhat kamu bahkan lebih dari itu juga aku siap."

"Hah ? Lebih ? lebih apa maksud kamu ?" Tanya Yuvi. Jegeeeeerrrrr, gue bingung mau jawab apaan.

"Ya lebih dari sekedar teman curhat. Bisa jadi sabahat bisa jadi......."

"Pacar ya ?" Yuvi memotong pembicaraan gue. Dia seperti tau apa maksud gue. Akhirnya amunisi pembicaraan terakhir gue luncurkan... ... ...

"Iya, sebenarnya aku udah suka sama kamu Yuv. Dari pertama aku ketemu kamu juga aku udah tau kalau tatapan kamu kayak yang suka sama aku, tapi aku masih acuh tak acuh sama tatapan kamu karena aku waktu itu aku suka sama Shania." Kata gue sambil memegang tangannya dan menatapnya dalam. "Setelah Shania jadian, hati aku kaya yang ditusuk sama tusuk gigi yang dikasih api ujungnya. aku jadi inget perkataan Ayana kalau kamu suka sama aku, dan aku juga mulai ada rasa suka sama kamu......"

"Kamu mau gak jadi pacar aku ?" Gue akhirnya menekan tombol peluncuran amunisi terakhir itu...

"Aku mau kok jadi pacar kamu, dari kemarin juga aku mau jadi pacar kamu." Jawab Yuvi mengiyakan. Perasaan gue senang minta ampun, melebihi saat pertama kali mendarat di Osaka. Akhirnya ada yang mengisi kekosongan hati ini yang sudah lama tak ada yang mengisi.

"I Love you!" Gue mengucapkannya sambil memeluknya erat-erat.

"I Love you too." Yuvi menjawab menjawabnya sambil tersenyum di dalam pelukan hangat ini.

Akhirnya setelah lama hati gue ini kosong tak ada yang mengisi. Ada satu sosok yang bisa (saja) membuat hati ini terisi lagi, yaitu Shania. Namun pepatah yang gue buat saat SMA "Gebetan pasti jatuh ditangan teman." itu benar-benar terjadi! Shania akhirnya jadian sama Dimas. Namun akhirnya gue beruntung bisa kenal sama Yuvi yang sedang mencari teman curhat dan dia juga beruntung kenal sama gue yang bisa menjadi teman curhatnya...... Bahkan lebih dari itu......

"Yuv, pulang yuk." Ajak gue kebetulan udah sore. Padahal gue pengennya sampai malam, namun gue melihat kayaknya Yuvi udah capek.

"Ayo Daf."

Gue berjalan sambil menggengam erat tangan Yuvi.

Gue berharap cinta kita sama eratnya seperti tangan kita yang menempel erat.

Cieee harapan.


TAMAT...

Created by @Sakurabashikun (Valdy Muhammad)

2 comments: