Pages

Standupwrongway Fanfict JKT48 : Unreachable 2 (Part 5)

Thursday 5 November 2015
Un semaine plus tard
Jakarta, Indonesia

"Kamu lagi dimana ?" tanya seseorang dikejauhan.

"Di kereta, lagi di jalan pulang." jawab Shania sambil memerhatikan sekelilingnya, kereta hari ini tidak terlalu penuh dan itu membuat Shania tenang.

"Hati-hati ya." kata Adam. "Eh ngomong-ngomong, beneran mau kuliah di Prancis ?"

Shania tersenyum. "Iya, di Paris tepatnya, kamu bisa bantu aku kan ?"

"Bisa kok, apa sih yang gak buat kamu."

Adam dan Shania sering kali berhubungan lewat telepon atau pun skype. Terkadang Adam yang pertama kali menelepon, kadang juga Shania yang pertama kali menelepon.

"Kenapa gak ke London ajah ? Kan ada aku. Hehe." ujar Adam.

"Mau juga sih ke London, tapi untuk saat ini ya aku mau belajar di Paris, hehe." jawab Shania. Ia kagum dengan kota London seperti yang digambarkan Sanzack di blognya, namun entah kenapa ia memilih Paris. Shania hanya memiliki gambaran kota itu hanya sekedar Menara Eiffel dan Museum Louvre. Namun, Shania merasa bahwa Zaki ada disana.

"Kalau ke London menurut aku biaya hidupnya lebih murah daripada Paris dan di London pun ada aku, jadinya kalau kamu kesulitan aku siap bantu." kata Adam. "Di London juga banyak kok yang keren-keren."

Shania hanya tersenyum tipis ketika mendengar Adam gencar mempromosikan ini itu tentang London dan sebenarnya ia sudah tahu apa yang dijelaskan oleh Adam dari blog Sanzack. Kamu kalah cepet, Dam!

"Entar deh aku pilih-pilih lagi antara dua itu, yaudah deh aku udah sampai stasiun. Bye!" Shania merasa tidak enak memutuskan sambungan itu padahal yang pertama kali menelepon adalah Adam, ia memang selalu merasa bersalah ketika menutup duluan telepon orang yang telah menelepon ia duluan, itu tidak sopan. Menurut Shania, orang yang menelepon lah yang bisa mengatur kapan ia mau mengakhiri sambungan itu.

Ketika ia sampai di rumah, Shania langsung duduk di ruang tamu dan membuka handphonenya, banyaknya notifikasi sosmed yang ia terima dari twitter hingga instagram. Tak lama kemudian notifikasi Line berbunyi, dari grup yang tak bernama.

zamish : quelqu'un ici ?
shanju : Oui, je suis ici!
arraufar : jangan sok prancis disini!
zamish : diem lo orang jepang!
arraufar : cuman kita bertiga kayaknya disini, enaknya bahas apa ya ?
shanju : hmm, entahlah.
lordalex : i'm here.
arraufar : jadi berempat.
zamish : oh iya Alex, lu sekarang tinggal dimana ? gue denger orang tua lu pindah rumah.
lordalex : oke gue kasih tau ya, tapi kalian jangan bilang boong!

Shania yakin Valdy dan Arraufar penasaran dengan keberadaan Alex dan menganggap itu adalah major secret. Shania berpikir itu tidak penting, yang paling penting dari segalanya adalah keberadaan Zaki, memastikan bahwa laki-laki itu masih hidup dan itu cukup membuatnya senang walaupun Zaki sudah bersama perempuan lain.

arraufar : ya
lordalex : gue sekeluarga pindah ke Manchester
zamish : anjing! pantesan gak ada jejak disini, keren juga
arraufar : sekarang lu lagi ada dimana ?
lordalex : gue lagi jalan-jalan ke London sama pacar gue.
arraufar : wah udah punya pacar juga lu.
lordalex : iya, dia orang slovak.
mhmdtaufan : wah cewek slovak banyak nih di video gue.
zamish : masalah bokep ajah cepet lu!

Shania hanya tertawa melihat percakapan di grup tanpa nama ini. Iya, grup itu seakan moodbooster bagi Shania.

shanju : lagi dimana lex ?
lordalex : Leicester Square
shanju : wah pusat perbelanjaan gitu ya ?
lordalex : iya, tapi gue gak belanja Shan disini, cuman jalan-jalan doang.
shanju : oh begitu.
arraufar : bilang ajah di Inggris lu jadi orang kelas bawah!
lordalex : kampret, ya enggalah!
lordalex : ngomong-ngomong, kalian tau blog sanzack gak ?
shanju : GUE TAU BANGET! GUE SERING BACAAAA!!!!
lordalex : iya, gue juga suka baca. Puisinya paling gue suka. Nusuk! Dia terkenal disini, tapi semua orang gak tau dia itu sebenarnya siapa.
arraufar : sanzack ? gue gak tau.
shanju : lu harus tau!

Entah kenapa ia merasa senang ketika di grup ini membicarakan blognya Sanzack, Alex mengshare link artikel favoritnya di blog itu, Shania pun juga. Sementara Arraufar hanya sekarang "wah bagus" "wah keren juga" dan banyak lagi, sementara Valdy, sepupunya, tidak muncul lagi.

"Shania, makan dulu." kata Ibunya dan kata-kata itu membuatnya berhenti memegang handphone dan meletakannya di meja.

"I'm coming!"

Shania senang ketika tadi membicarakan Sanzack dengan Alex.

Kapan-kapan kita obrolin Sanzack lagi ya, Lex!


***

lordalex : ngomong-ngomong, lu tau blog Sanzack gak ?
shanju : GUE TAU BANGET! GUE SERING BACA!!!

Valdy terkejut membacanya.

Namun setelahnya ia tertawa.

Memang kalau jodoh gak pernah kemana-mana!

***

Beberapa tahun yang lalu

Valdy sedang menjaga gawangnya agar tidak kebobolan sementara sahabatnya sedang bertugas sebagai seorang yang harus menceploskan bola ke gawang lawan. Mereka berdua sedang bermain di lapangan sekolah seusai pulang sekolah dan sedang melawan kelas lain dan bertaruh yang kalah akan membelikan botol minum berjumlah 7. Valdy tentu tidak akan melewatkan kesempatan ini, selain uang jajannya habis untuk membayar kas kelas ia sangat haus siang itu sehingga tak ada pilihan lain menerima ajakan Encep, KM kelas VII-B.

Mereka berdua saat itu masih SMP, tinggi mereka masih dibawah 160 cm, dan mereka adalah siswa yang sangat-sangat tidak populer, berbeda dengan seorang perempuan manis yang sedang menunggu mereka berdua, Shani Indira, ia adalah perempuan yang sangat populer, cantik, baik, dan pintar cukup menjadi modal untuk populer di sekolah yang populer.

Setelah bermain dan kelas mereka menang, Zaki menghampiri Shani yang sedang membaca buku. "Mau minum gak ?"

Shani tersenyum. "Iya mau." tangannya meraih botol yang diberikan Zaki.

"Pulang ?" tanya Valdy.

"Okelah, kasihan dia udah nunggu kita berdua." kata Zaki.

Valdy, Zaki dan Shani sering pulang bersama menaiki BRT karena selain saling mengenal, jalan pulang mereka bertiga pun searah. Shani berjalan di tengah-tengah dua laki-laki yang tidak populer itu sehingga ia terlihat seperti perempuan yang dijaga oleh bodyguard pribadi.

Zaki berhenti ketika melihat sebuah poster yang tertempel di dinding. "Wah, liat Dy, ada DJ Agus, Deddycation, Rashmishguy. Nama DJ keren-keren yak!"

"Iya, keren." kata Valdy yang langsung melanjutkan jalan.

Zaki hanya melamun memikirkan nama apa yang bagus jika dirinya menjadi DJ. Shani yang melihat temannya ini bertingkah aneh langsung menepuknya. "Kamu kenapa ? komat-kamit sendiri!"

"Eh.." Zaki kaget. "Indira, bagusnya kalau aku jadi DJ nama panggungnya apa ya ?"

Shani melihat keatas langit yang berwarna jingga. "Super Jhon!"

Zaki menggeleng. "Itu motor ayah aku!"

"Kalau gue jadi DJ ya, gue bakal ngasih nama panggung gue Zamish. Keren juga."

"Wah bagus tuh, Val." kata Shani.

Zaki berfikir keras agar dirinya juga di puji oleh Shani. Namun nama-nama yang dipikirkannya sangat buruk saat itu.

Valdy membaca situasi. "Kalau buat lu Zak, menurut gue bagusnya Sanzack deh."

Zaki tersenyum mendengarnya. "Keren juga, dari mana lu kepikiran nama itu ?

"Ichsan Zaki. San dan Zak. Gue ngambil dari suku kata terakhir nama depan lu dan suku kata pertama dari nama kedua lu. Simply." kata Valdy.

Akhirnya, tercetuslah nama Sanzack, nama panggung gadungan yang dibuat Valdy untuk sahabatnya itu. Padahal nama itu sungguh tidak menarik menurut Valdy secara pribadi.

***

Valdy dengan cepat langsung membuka link yang dikirim Shania dan Alex dan membacanya. Keren juga puisinya dan si kampret itu ada di London. Pikir Valdy. Tanpa membuang waktu Valdy langsung mengeruk isi blognya agar mendapat alamat email Sanzack.

"Duh!!!" Valdy terus mengeruk isi blognya ditemani kecepatan internet di Indonesia.

Tak lama kemudian ia menemukannya dan merasa sangat senang!

Dan apa selanjutnya ? Gue harus apakan orang yang telah menghilang berbulan-bulan ini ?

***

London, UK

Wisnu berjalan mengantarkan Zaki ke tempat kerja barunya. Ini janjinya kepada Zaki dan mau tak mau harus ditepati. Namun ada satu hal yang membuat Wisnu ingin bertanya-tanya.

"Lu sama Veranda waktu seminggu yang lalu jalan-jalan di Trafalgar Square ya ?" tanya Wisnu.

"Hmm, iya. Lu liat kita berdua ?" tanya Zaki.

Wisnu mengangkat bahunya. "Ya, gue liat kalian lagi menertawakan sesuatu di handphone, gue waktu itu mau nyamperin lu berdua tapi ya begitulah." kata Wisnu berhenti sejenak. "Takut ganggu."

"Ya gak lah, kecuali kalau gue gak kenal lu nah itu baru ngeganggu." kata Zaki yang hanya dibalas tepukan oleh teman disampingnya,

Mereka berdua sampai di taman yang terletak di Fulham, dekat stadion Stamford Bridge.

"Terus ngapain kita di taman ini ?" tanya Zaki bingung.

"Liat." jari telunjuk Wisnu mengarahkan Zaki ke sebuah foodtruck yang terletak diujung taman. "Nah, kita kesana dulu."

Zaki mengikuti Wisnu dari belakang, kedua tangannya dimasukkan kedalam saku long jacket karena udaranya sangat dingin. Ia melihat sepasang kekasih yang duduk sambil bercengkrama, anak kecil yang sedang kejar-kejaran dan antrian panjang di food truck yang ditunjuk Wisnu tadi.

"Here we go." kata Wisnu langsung masuk ke dalam foodtruck itu dan Zaki menunggu di luar.

Terdengar Wisnu sedang berbicara dengan salah seorang di dalam foodtruck itu dan tak lama kemudian Wisnu keluar bersama....

"Waduh! Mang Adat ternyata di London, aduh pantes ajah saya cari-cari di taman udah gak jualan lagi." Zaki langsung menjabat erat tangan Mang Adat. Ia tak menduga bisa bertemu dengan Mang Adat yang selalu menjadi langganannya ketika mau beli siomay.

Mang Adat menepuk pundak Zaki seraya tersenyum. "Ya biasalah, keluar dari comfort zone."

"Oh Mang Adat udah kenal sama Zaki ?" tanya Wisnu.

"Iya kenal lah, waktu di Indo dia kan suka beli siomay di saya." jawab Mang Adat. "Eh duduk dulu lah."

Zaki berpikir ia akan bekerja untuk Mang Adat, itu terdengar bagus menurut Zaki.

"Kata Wisnu, Zaki kekurangan uang ya disini jadinya mau cari kerja ? Kebetulan saya lagi butuh satu orang lagi buat jadi asisten koki nemenin saya."

"Iya hehehe." ucap Zaki sambil menginjak kaki Wisnu. "Masalah kekurangan uang, jangan lu sebutin juga dong ah, gimana sih."

"Hahahaha." Wisnu hanya tertawa. "Jadi gini, lu kerja disini jadi asisten koki, ntar selanjutnya diajarin sama Mang Adat. Tapi lu kan nyari kerja part-time jadinya Mang Adat minta lu kerjanya di sabtu-minggu ajah dan gajinya 7 euro perjam. Gimana ?"

Zaki semangat mendengar gajinya, namun sabtu dan minggu adalah hari santainya. Namun ia sangat bersedia merelakan waktu liburnya untuk bekerja dengan Mang Adat, karena mereka sudah saling kenal.

"Boleh deh." kata Zaki.

Mang Adat lalu menjelaskan dengan siapa Zaki akan bekerja dan bagaimana nantinya suasana saat kerja. Zaki dituntut cepat karena memang siomaynya menjadi favorit se-London Barat dan menurut Mang Adat yang paling ramai adalah di sabtu dan minggu. Setelah menjelaskan semuanya, Mang Adat mulai bercerita bahwa awal kepindahannya ke London karena dirinya mencoba mencari kehidupan yang lebih baik lagi dan kebetulan anaknya yang berkuliah di London menyarankan untuk membuka usaha disini.

Dengan modal dari Indonesia, ia sekeluarga pindah ke London dan membeli sebuah flat dan sebuah food truck. Lalu agar tidak bekerja sendirian, anaknya membantu membuat lowongan kerja di sebuah forum dan didapatkannya lah dua orang untuk membantu Mang Adat dalam bekerja, sampai sekarang.

Setelah bercerita, Zaki dan Wisnu pamit.

"Nanti Jum'at ke rumah saya ya, nanti saya ajarin sesuatu." kata Mang Adat seusai bersalaman dengan Zaki.

"Iya, siap!"

Zaki dan Wisnu bergerak menuju tujuan masing-masing.

"Lu mau kemana abis ini ?" tanya Wisnu sebelum mereka berpisah.

"Pulang lah." jawab Zaki. "Makasih ya Wisnu udah bantu gue, gue gak tau mau bales pake apa."

"Ah gak apa-apa kok, sesama warga Indonesia disini haruslah saling membantu. Oke gue balik ke kafe dulu, rasanya gak enak kalau gak ngebantu anak buah gue disana." Wisnu berjalan ke arah halte terdekat.

Zaki berpikir untuk pulang saja namun tak lama kemudian nada dering handphone-mya berbunyi, ia segera mengangkatnya begitu tahu nama yang muncul di layarnya.

"Halo.... Iya, aku lagi sendirian kenapa ?...... Oh oke, ketemuan dimana nih ?..... Ya sudah, aku kesana.... Jangan terlalu cantik ya, entar aku makin sayang... Ya aku sih udah ganteng dari dulu... Udah dulu ya, aku mau jalan dulu., Bye..."

Zaki memasukan kembali handphone-nya ke saku, lalu ada sebuah email yang masuk namun ia tak memperdulikannya dan berjalan menuju tempat pertemuannya.

***

Bandung

Valdy terus menunggu balasan dari Zaki yang ia kirimkan. Meminum cangkir kopi keduanya di hari ini sambil menyelesaikan beberapa tugas agar dikumpulkan tepat waktu dan bisa santai untuk pergi ke Jakarta bertemu sepupunya yang meminta bertemu.

Ia berfikir bahwa mungkin Sanzack bukan Zaki karena tulisan di blognya terlalu bagus untuk ukuran temannya itu, tapi mengingat masa lalunya pernah mencetuskan nama Sanzack untuk Zaki itu menguatkan fakta yang ada bahwa Sanzack itu Zaki.

Untuk saat ini, lebih baik ia merahasiakan ini semua, demi semua temannya, dan juga Shania.

***

Zaki merebahkan dirinya di ranjang yang empuk, setelah seharian berjalan-jalan dengan Veranda. Setelah kejadian itu, mereka berdua resmi berpacaran. Entah siapa yang meresmikannya, mereka berdua pun tidak meresmikannya, hanya keadaan yang meresmikannya.

Ia memandangi laptop dan terpincut untuk mengupdate blognya, menceritakan musim dingin yang menyebalkan baginya.

Zaki menulis ditemani oleh suara tembakan karena Lakhsan sedang bermain GTA V dibawah dengan volume yang besar dan itu sama sekali tidak membuatnya terganggu, bahkan suara tembakan itu bisa memberikan inspirasi ketika buntu ditengah jalan.

Setelah menulis dan memostingnya, Zaki lalu merebahka dirinya lagi sambil membuka handphone-nya. Ia juga ingat ada sebuah email yang tidak ia buka tadi, menurutnya email tidak penting namun apa salahnya tidak dibuka.

Selasa, 08 Desember

From : Vienny Fitrilya

To : Ichsan Zaki

Subject : Kamu kemana ajah ?

Ternyata setelah sekian lama, aku baca blogmu dan ternyata kamu ada di London. Teman-teman disini bertanya-tanya terus tentang kamu. Aku tau tujuan kamu merahasiakan ini semua. Jadi balas email ini atau aku kasih tau ke semuanya bahwa kamu di London ?

Zaki terdiam membacanya. Akhirnya Viny, salah satu teman baiknya tau keberadannya.

Lalu pikiran Zaki melayang kembali kepada seseorang yang sekian lama tak pernah hinggap di kepalanya. Ia pernah terpikir untuk menjadi kurang ajar dan melupakan perempuan itu. Setelah ada Veranda pun, peluang Zaki terbuka lebar untuk melupakannya. Namun email ini, mengawali semua keresahannya yang selalu timbul tatkala angin malam berhembus.

Hmm, Shania, Apa kabar ?


***

Valdy langsung menatap layar MacBook-nya ketika ada sebuah email masuk, ia tersenyum licik ketika membaca balasan email dari Zaki.

Selasa, 08 Desember

From : Ichsan Zaki

To : Vienny Fitrilya

Subject : Re: (none)

Ya, aku bales deh Viny. Susah buat jelasin kenapa aku diam-diam pergi ke London tanpa sepengetahuan kamu dan lainnya. Di satu sisi aku mau banget kuliah disini, sementara di satu sisi aku berat meninggalkan Shania. Kalau boleh tau, Shania kabarnya gimana ?

Valdy memang sengaja meminjam email Viny karena ia tau Zaki dulu pernah suka ke Viny, ia sengaja menggunakan email pacarnya karena ini akan menjadi peluang mengeruk informasi bagaimana Zaki sekarang, apakah ia sudah mempunyai pacar atau belum, apakah Zaki disana sejahtera atau jatuh miskin menjadi gelandang. Who knows ?

Valdy berfikir, jika ia menggunakan email pribadinya sudah pasti Zaki tak akan membalasnya.

Tangannya mulai mengetik keyboard, satu persatu huruf ia rangkai menjadi kalimat....

Selasa, 08 Desember

From : Vienny Fitrilya

To : Ichsan Zaki

Subject : We've to meet.

Kalau mau tau keadaan Shania sekarang, kayaknya kita harus ketemuan deh. Ntar deh aku cari tiket one-way ke London dan aku mau cerita sesuatu ke kamu, aku udah putus sama Valdy dan aku butuh teman curhat. Ya ?

***

Zaki tidak percaya apa yang dibacanya, Viny sudah putus dengan Valdy dan Viny memintanya untuk bertemu. Zaki adalah laki-laki yang mau bersedia mendengar curahan hati perempuan, ia terbuka dan sangat handal memberi saran.

Ia langsung membalas email itu untuk meminta Viny memeberitahu jadwal keberangkatannya dari Jakarta dan Zaki akan dengan senang hati menjemputnya menggunakan mobil Damien. Zaki bisa meminjam dengan leluasa mobil Damien sekarang karena entah kenapa teman satu flatnya itu menjadi merakyat pergi kerja, kencan, dan menghadiri acara menggunakan bis atau tube. 

Zaki lalu meletakkan handphonenya disebelah laptop, mengambil handuk, dan pergi mandi.

***

Ketika kau bertanya kapan harus berhenti merindukanmu
Ketika kau bertanya kapan harus berhenti memikirkanmu
Ketika kau bertanya kapan harus melupakanmu

Jawabannya mungkin hanya satu atau kau boleh tambahkan sendiri..

Dengan mencintai seseorang yang baru...

Shania membaca kalimat pembukaan postingan baru blog Sanzack, lalu disusul cerita tentang Sanzack yang bertemu seseorang yang baru. Orang baru yang diceritakan Sanzack itu ia deskripsikan sebagai perempuan yang tinggi, cantik, dan enak dilihat. Dan perempuan yang tadi Sanzack deskripsikan sukses membuatnya melupakan orang yang selama ini ia rindukan.

Terdengar jahat, pikir Shania. Ketika sedang merindukan seseorang dan kau begitu cepat melupakannya ketika ada seseorang yang baru yang muncul di hidupmu. Namun Shania memaklumi, 7 bulan sudah blog Sanzack diisi oleh celotehan akan rindu. Sanzack selalu merindukan seseorang, sama sepertinya dirinya yang juga merindukan seseorang. Sanzack mungkin sudah lelah merindukan seseorang yang barang tentu belum merindukannya juga, sama seperti dirinya.

Shania teringat salah satu puisi yang Sanzack buat dan merupakan salah satu favoritnya.

Tuk cahaya nan merantau disana
Patut tak kini ku telah mencinta
Layaknya inang bertemu perapian
Menyatu tuk menghabiskan salah satunya

Arteri bersenandung tak kunjung rampung
Senyumanmu yang menjunjung
Buat ku patut tuk melampauinya
Ku layaknya rembulan yang menghanyutkan suasana

Dimanakah kau berada
Ku disini untuk bertemu
Tatkala tembok saja memisahkan embun dan daun
Salam hangat rindu yang ku puja...

Namun puisi itu akan menjadi abu jika ada seseorang yang baru yang muncul di kehidupan kita. Shania memejamkan mata lalu berpikir siapa orang baru yang menghiasi hidupnya hari demi hari, rela mengorbankan waktunya untuk menghubunginya, dan selalu bertanya kabar tentang dirinya. Itu mungkin hanya bentuk perhatian kecil, namun itu besar bagi Shania. Ketika merindukan seseorang, pastilah kita tak tahu apakah orang itu merindukan kita lagi. Perhatian kecil dari seseorang akan menjadi besar, tak peduli itu siapa.

Karena yang biasanya peduli kepadamu kini hanya bisa dirindukan keberadaannya.

Handphone-nya berbunyi, nada deringnya mengalun sadis membuat Shania membuka matanya lagi, di depannya layar laptopnya masih ada postingan Sanzack, namun ia melirik layar handphone-nya dan tersenyum melihat nama yang muncul dilayar.

"Halo, Adam, ada apa ?"

To be continued

5 comments: